Lensa Budaya ~ Akhir Desember 1949 menjadi detik detik penting dalam usaha bangsa Indonesia untuk memperoleh legalisasi de jure atas kemerdekaa dan kedaulatannya dari dunia internasional. Pada ketika itu Belanda terpaksa harus angkat kaki dari Indonesia. Factor factor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia ialah sebagai berikut.
- Boikot Ekonomi dari Negara Negara di Asia
Perdana Menteri India, Pandit Jawaharlal Nehru mengundang sejumlah negara Asaia dan negara lain untuk mengikuti konferensi di New Delhi pada 20-30 Januari 1949. Pertemuan ini dihadiri Sembilan belas negara asia. Termasuk Australia dan Selandia Baru. Para penerima konferensi lantas mengeluarkan resolusi untuk diajukan kepada Dewan Keamanan PBB. Disamping itu, mereka memutuskan boikot keras terhadap kepentingan ekonomi Belanda. Hal ini merupakan pukulan keras bagi Belanda dan sebagai kode bahwa pemerintah Amerika Serikat mungkin mengabaikannya.
- Tekanan politis dan Keuangan dari Amerika Serikat
Amerika Serikat ternyata ikut member kecaman dan tekanan dunia terhdap aksi aksi militer Belanda kedua. Amerika Serikat tidak bahagia atas ulah Belanda yang memanfaatkan ratusan juta dollar yang diberikan melalui proyek Marshall Plan sebagai biaya perang menghadapi Indonesia. Selain itu, Amerika Serikat telah manaruh kepercayaan dan santunan usaha bangsa Indonesia sehabis berhasil menumpas pemberontakan PKI di Madun pada simpulan tahun 1948. Adanya tekanan politis dan keuangan dari Amerika Serikat telah mengakibatkan Belanda harus berpikir dua kali apabila ingin melanjutkan pendudukannya di Indonesia.
- Angkatan Perang Belanda Menuju Ambang Kekalahan
Strategi serilya yang dijalankan tentara republic bersama rakyat Indonesia ternyata cukup efektif untuk memaksa Belanda keluar dari Indonesia. Serdadu sedadu Belanda terpaksa banting tulang untuk mempertahanka pos pos yang didudukinya. Dalam perkembangannya, tentara republic berkembang menjadi suatu angkatan bersenjata yang terorganisasi rapi, disiplin, dan taat terhadap komando yang digariskan Panglima Besar Jenderal Soedirman dan Jenderal A.H. Nasution. Kemenangan perang dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 telah membangun moral dan semangat juang bagi pasukan republic. Atas kemenangan tersebut, taktik perang menjadi ofensif. Hal ini menjadi menandakan dekatnya ambang kekalahan angakatan perang Belanda.
- Mundurnya Dua Tokoh Penting Belanda
Mr. A.M.J.A Sassen, Menteri Seberang Lautan Belanda amat kecewa terhadap perilaku Amerika Serikat yang tidak mendukung kebijakan politik Belanda di Indonesia. Ia berusaha memeras Amerika Serikat dengan pernyataan, apabila Belanda secara mendadak melepaskan Indonesia,maka kekacauan akan dimanfaatkan kaum komunis. Sassen ingin memaksakan Amerika Serikat untuk ikut mendukung kebijakan politiknya. Akan tetapi, pemerintahan Belanda sendiri menolak politik pemerasan itu sehingga Sassen mengundurkan diri dari jabatannya. Tiga bulan kemudian, tepatnya Mei 149, Dr. Bell yang merekayasa aksi militer Belanda ikut meletakkan jabatan.
- Negara Negara Bagian Ciptaan Belanda Berubah Haluan
Serangan umum 1 Maret 1949 ternyata member dampak politik terhadap negara negara bab ciptaan Belanda. Negara negara tersebut menaruh kesan atas kemampuan militer republic yang berhasil membuktikan bahwa Tentara Nasional Indonesia masih cukup besar lengan berkuasa untuk sanggup mengalahkan Belanda. Mereka pun terpengaruh perilaku dunia internasional yang mengecam Belanda. Oleh alasannya ialah itu, negara negara bab yang tergantung dalam BFO tersebut tidak bersedia mengikuti konferensi yang akan diadakan Belanda. Negara negara denah justru mau diajak berunding oleh pemerintah RI dalam Konferensi Inter-Indonesia yang kemudian terselenggara pada 19-22 Juli 1949 di Yogyakarta dan 31 Juli-2 Aagustus 1949 di Jakarta. Pertemuan itu menyiratkan santunan dan sokongan negara negara bab terhadap tuntutan pemerintah RI atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi.
- Penandatanganan Kedaulatan RIS Pada 27 Desember 1949
Pada 27 Desember 1949 dilakuakn upacara penandatanganan naskah legalisasi kedaulatan RIS. Penandatanganan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan di Indonesia dan negeri Belanda. Di negeri Belanda, di ruang takhta Istana Kerajaan Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, dan sebagai ketua delegasi tanganya pada tokoh pangakuan kedaulatan RIS. Di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwo IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda, A.H.J. Lovink bersama sama pula membubuhkan tanda tangan penyerahan kekuasaan. Peristiwa ini merupakan simpulan usaha bersenjata dan diplomasi bangsa Indonesia untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa itu pun menjadi momentum kemerdekaan de jure negara Republic Indonesia Serikat (RIS).
Leave a Comment