Lensa Budaya ~ Kamu pernah berkunjung ke tempat jawa Tengah menyerupai Solo atau Jogjakarta di tanggal 1 Muharram atau bertepatan dengan malam 1 Suro? Jika belum, berarti kau belum mencicipi dan melihat ritual-ritual yang ada di malam 1 Suro ini.
Ritual ini banyak dilakukan oleh orang-orang yang masih percaya bahwa bila mereka melaksanakan ritual-ritual yang masih ada dari jaman nenek moyang, mereka akan diberikan keberkahan yang melimpah dari Allah Yang Maha Esa.
Beberapa ritual mungkin terlihat tidak masuk nalar dan hampir dibilang mustrik atau menyekutukan Tuhan, namun tidak menyerupai itu. Masing-masing ritual yang dilakukan mempunyai arti dan maksud tersendiri yang baik bila kita bisa menerapkan nya di kehidupan sehari-hari.
Makna Dibalik Tradisi Malam Satu Suro
1. Tapa bisu
Tapa bisu ialah sebuah ritual yaitu tidak mengeluarkan kata-kata selama ritual berlangsung. Hal ini dimaksudkan supaya kita sebagai umat insan untuk selalu mawas diri, tidak banyak bicara hal yang tidak penting dan mungkin menyakitkan hati orang lain, lebih intropeksi diri atas apa yang telah dilakukan di tahun kemarin.
Dengan begini, diperlukan di tahun-tahun berikutnya supaya kita menjadi insan yang lebih baik lagi, dengan menjadi insan yang lebih baik lagi, diperlukan supaya berkah dan Ridho dari Allah Yang Maha Esa lebih gampang kita dapatkan
2. Kungkum
Kungkum ialah tradisi beredam di sungai besar. Hal ini dilakukan juga masih dalam rangka untuk intropeksi diri. Ada beberapa orang yang lebih suka menyendiri di tempat yang sepi, sejuk menyerupai di sungai untuk mulai memikirkan kesalahan-kesalahan apa yang telah diperbuat selama ini, bagaimana akan melanjutkan hidup. Hingga alhasil muncul lah tradisi kungkum ini.
3. Ruwatan
Ruwatan dalam arti bergotong-royong yaitu membersihkan diri dari segala kesalahan dan dosa yang diperbuat. Hal ini masih tercampur dengan kebudayaan jaman dahulu di jaman jawa Kuno yaitu ritual pensucian jiwa. Hal ini berlanjut hingga kini pun masih banyak dipakai oleh tradisi Jawa.
Tradisi ini ditandai dengan dimainkan nya wayang kulit sebagai media untuk melaksanakan pensucian diri dari dosa. Namun, kita harus tetap beribadah dan berdoa kepada Allah Yang Maha Esa bila kita ingin semua dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya.
4. Ngumbah Keris
Ngumbah keris / tradisi mencuci keris juga sangat familier di malam satu Suro di Jawa. Bagi yang mempunyai benda pusaka, biasanya akan mencucinya di Malam ini.
Bukan untuk meminta kepada benda peninggalan leluhur atau pun meminta macam-macam. Namun, pembersihan keris ini dilakukan demi untuk menghormati sang pemberi atau pembuat keris-keris atau benda pusaka tersebut.
5. Lek-lekan
Lek-lekan ialah tidak tidur semalam suntuk. Hal ini dilakukan oleh sebagian besar orang Jawa yang berada di Solo atau Jogya atau di desa-desa lain yang masih mengadakan dan percaya akan tradisi menyerupai ini. Lek-lekan dilakukan biasanya dengan duduk-duduk di pos ronda, bersilaturahmi dengan tetangga dan lain-lain.
6. Kirab Kebo Bule
Kirab Kebo Bule ialah sebuah tradisi setiap malam satu suro yang dilakukan dengan menggiring kebo-kebo bule atau albino keliling-keliling kampung. Tradisi ini dimulai dikala jaman dahulu dipercaya bahwa Kebo Bule sanggup melindungi sebuah pusaka yang sangat tak ternilai harganya.
Tradisi dan kepercayaan tersebut terbawa hingga sekarang. Ironisnya, banyak masyarakat yang menunggu di belakang Kebo Bule dikala diarak keliling kampung untuk mengambil kotoran nya yang diyakini membawa berkah.
Semua rezeki yang tiba dari Allah Yang Maha Kuasa, masyarakat melaksanakan hal tersebut tidak dengan maksud syirik, namun mereka menghargai dan membudayakan tradisi-tradisi leluhur terdahulu.
Leave a Comment