.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }

 Banyumas adalah salah satu kabupaten yang letak geografisnya berada di Provinsi Jawa Teng Batik Banyumas - Sejarah, Motif, Ciri Khas, Filosofi, Makna, dan Perkembangannya

Banyumas adalah salah satu kabupaten yang letak geografisnya berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang beribu kota Purwokerto ini ternyata mempunyai kerajinan batik yang sangat unik dan juga menarik untuk dijadikan koleksi. Batik Banyumas atau yang kerap disebut Batik Banyumasan ini merupakan jenis batik yang masuk ke dalam jenis batik pedalaman.

Daftar Isi

Sejarah Batik Banyumas

Menurut sejarahnya, batik Banyumas ini pada awalnya berpusat di Sokaraja dan merupakan batik yang dibawa oleh para pengikut Pangeran Diponegero seusai peperangan pada tahun 1830, dimana mereka kebanyakan menetap di daerah Banyumas. Salah satu pengikutnya yang paling terkenal disaat itu adalah Najendra dan beliaulah yang mengembangkan batik di Sokaraja. Bahan berupa mori yang digunakan merupakan hasil dari tenunannya sendiri, sementara pewarna yang dipakai yaitu pewarna alam seperti menggunakan pohon pace atau mengkudu dan pohon tom untuk menghasilkan warna merah semu kuning.

Motif Batik Banyumas

Motif batik Banyumas umumnya adalah seperti motif Sekarsurya, Jahe Puger, Sidoluhung, Khantil, Cempaka Mulya, Madu Bronto, Ayam Puger, Lumbon (Lumbu), Jahe Srimpang, Gunungan, Sungai Serayu, Kawung Jenggot, Batu Waljinan, Satria Busana, Dunia Baru, Pring Sedapur, dan lain sebagainya.

Ciri Khas Batik Banyumas

Batik Banyumasan memiliki beberapa ciri pola batik yang sangat khas dan merupakan ciri batik pedalaman, dimana motifnya terinspirasi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sedangkan dalam proses pewarnaannya banyak memakai warna tua atau gelap dengan motif gambar yang tegas dan lugas, seperti halnya budaya masyarakat Banyumas yang apa adanya.
Meskipun setiap pembuat batik di Banyumas mempunyai motif yang berbeda antara satu pembatik denga pembatik lainnya, namun batik Banyumas hampir mempunyai kesamaan dengan motif Jonasan. Motif Jonasan sendiri merupakan kelompok motif non geometrik yang umumya cenderung di dominasi oleh warna dasar kecoklatan dan hitam. Warna coklat dikarenakan soga, sedangkan warna hitam dikarenakan wedel. Batik Banyumasan mempunyai kekhasan yang dapat dolihat dari motif ataupun pewarnaannya yang memiliki warna pekat dan juga tandas.

Filosofi dan Makna Batik Banyumas

Seperti halnya motif batik di daerah lainnya, motif batik Banyumasan juga mempunyai nilai filosofis tersendiri, yaitu menjunjung tinggi akan nilai-nilai kebebasan, penghargaan kepada nilai demokrasi, dan juga semangat kerakyatan. Nilai filosofis tersebutlah yang kemudian tertuang didalam motif batik banyumas, seperti motif Sidoluhung, Sekarsurya, Cempaka Mulya, Jahe Puger, Ayam Puger, Khantil, Jahe Srimpang, Madu Bronto, Sungai Serayu, Lumbon (Lumbu), Batu Waljinan, Gunungan, Dunia Baru, Kawung Jenggot, Pring Sedapur, Satria Busana, dan lain sebagainya.

Keunikan Batik Banyumas

Salah satu keunikan yang ada pada Batik Banyumas ini yakni proses pembuatannya yang memakai batik tulis dikedua sisi kainnya. Hal ini merupakan cerminan sifat dari masyarakatnya yang jujur baik dari luar maupun dari dalam hatinya, serta bicara dengan apa adanya.

Perkembangan Batik Banyumas

Dalam perkembangannya, Batik Banyumas pernah berjaya pada sekitar tahun 1965-an sampai dengan 1970-an. Namun semakin berjalannya waktu, Batik Banyumas kalah bersaing dengan batik di daerah lain. Hal tersebut dikarenakan masalah sistem pengelolaan, terutama terhadap masalah manajemen usaha. Batik Banyumas, susah berkembang dikarenakan minimnya minat para pembatik muda. Generasi muda sekaang, lebih memilih untuk bekerja disektor formal dan tindak ingin belajar membatik dari orang tuanya. Bahkan kemungkinan besar batik banyumas bisa tenggelam dan punah jika tidak kreatif dan membuat beberapa inovasi baru.

Bagikan:

Leave a Comment