.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }
Berbicara mengenai kebudayaan Jakarta, pada artikel ini kami akan membahas salah satu aspek penting di dalam kebudayaan Provinsi Jakarta, yaitu tentang pakaian adatnya. Merunut pada penggunaannya, pakaian adat Betawi ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu pakaian keseharian, pakaian resmi, dan pakaian pengantin. Nah seperti apakah ketiga pakaian adat tersebut? berikut ini penjelasannya.
1. Pakaian Keseharian Pria Betawi
Yang dimaksud dengan pakaian keseharian yaitu pakaian yang biasa dipakai oleh orang betawi di dalam kehidupan kesehariannya. Untuk pria, pakaian adat ini terdiri dari baju koko atau yang sering disebut juga baju sadariah, celana komprang dengan ukuran ranggung, sarung yang digulung dan kemudian diikatkan dibagian pinggang, sabuk hijau, dan peci berwarna merah.
2. Pakaian Keseharian Wanita Betawi
Sedangkan untuk para wanita, pakaian adat betawi keseharian terdiri dari baju kurung berwarna terang atau mencolok, selendang berwarna sama dengan baju kurung, kain batik dengan motif geometris sebagai bawahan, dan kerudung yang berfungsi sebagai penutup kepala.
3. Pakaian adat Betawi untuk Bangsawan (Baju Resmi)
Pakaian bangsawan sebenarnya adalah pakaian resmi yang dahulunya hanya dipakai oleh para demang. Saat ini pakaian yang bernama baju ujung serong ini sudah resmi sebagai pakaian PNS Pemda DKI Jakarta dan hanya di pakai di hari-hari tertentu. Baju ujung serong ini terdiri dari dalaman kemeja putih, batik geometris yang dikenakan dipinggang sebatas lutut, jas tutup berwarna gelap, dan celana pantolan yang warnanya sama dengan warna jas.
Aksesoris pelengkapnya biasanya adalah tutup kepala berupa kopiah, pisau raut atau senjata semacam badik yang diselipkan dibagian pinggang, kuku macan, jam rantai untuk hiasan saku, dan alas kaki berupa sepatu pantopel. Baju ujung serong hanya dipakai oleh para bangsawan pria, sedangkan untuk wanita dipakai varian baju yang sama dengan baju keseharian yakni baju kurung, selendang, kain batik, kerudung, dan dilengkapi dengan berbagai perhiasan emas, seperti kalung, giwang, gelang, dan cincin.
4. Pakaian Pengantin Pria Betawi
Di dalam upacara pernikahan, orang Betawi yang masih memegang teguh adat kebudayanya sampai saat ini masih memakai pakaian khusus pengantin adat Betawi. Pakaian tersebut merupakan bentuk akulturasi nyata dari beberapa kebudayaan, seperti kebudayaan Arab, budaya Tionghoa, dan kebudayaan Melayu.
Untuk para pengantin pria, pakaian adat Betawi yang dipakai adalah Dandanan Care Haji. Pakaian ini berupa jubah besar yang berwarna cerah (biasanya berwarna merah) dengan perhiasan benang keemasan, celana panjang putih, selendang yang dipakai di dalam jas (bagian dada), dan topi khusus yang terbuat dari sorban yang berfungsi sebagai penutup kepala. Dari model pakaian tersebut, dadanan care haji ini tentu sangat kental akan nilai-nilai kebudayaan Arab.
5. Pakaian Pengantin Wanita Betawi
Berbeda dengan pakaian pengantin pria yang sangat kental dengan kebudayaan arab, baju pengantin wanita betawi yang bernama “dandanan care none pengantin cine” ini justru sarat akan nilai-nilai kebudayaan Tionghoa. Baju adat Betawi ini terdiri dari blus berwarna cerah dan terbuat dari bahan kain satin, rok gelap atau rok kun, dan hiasan kepala yang berupa kembang goyang dengan motif burung hong.
Selain itu, hiasan sanggul palsu lengkap dengan cadar dibagian wajah, hiasan bunga melati yang diikat pada bagian sisir dan ronje juga dipakai bersama dengan hiasan lain yang diantaranya adalah kalung lebar, gelang listring, manik-manik penghias dada, dan selop model perahu sebagai alas kaki.
Leave a Comment