.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }

 Madura merupakan pulau kecil yang letaknya berada dibagian timur laut Pulau Jawa Inilah Pakaian Adat Dari Madura (Pria dan Wanita)

Madura merupakan pulau kecil yang letaknya berada dibagian timur laut Pulau Jawa. Pulau dengan luas sekitar 5.168 km² ini banyaj dihuni oleh suku Madura selaku penduduk mayoritasnya. Suku Madura mempunyai kebudayaan tinggi dan sejarah peradaban yang cukup maju di masa lampau. Bukti kemajuan dari kebudayaan dan juga peradaban Madura, salah satunya bisa kita lihat dari pakaian adatnya yang sangat sarat akan nilai filosofis.Nah seperti apakah pakaian adat tersebut? berikut ini penjelasannya.

Daftar Isi

1. Pakaian Adat Madura Pria

Nama pakaian adat Madura yaitu bernama baju pesa’an. Baju ini sebenarnya merupakan baju sederhana yang dipakai sehari-hari oleh orang-orang suku Madura di masa lampau, baik itu untuk berladang, melaut, maupun untuk menghadiri upacara adat. Pemakaiannya pun tidak terbatas baik itu untuk usia, jenis kelamin, maupun status sosial untuk orang yang memakainya.

Baju pesa’an adalah baju hitam yang serba longgar dengan dalaman berupa kaos belang merah putih atau merah hitam. Baju ini dipakai bersama dengan celana gomboran, yaitu celana kain hitam yang panjangnya tanggung diantara lutut dan mata kaki. Pemakaiannya juga dilengkapi dengan odeng atau penutup kepala sederhana dari balutan kain, tropa atau alas kaki, sarung kotak-kotak dan sabuk katemang, dan senjata Tradisional Madura yang berupa celurit.

Secara filosofis, longgarnya pakaian adat dari Madura ini mempunyai arti bahwa suku Madura merupakan suku yang menghargai sebuah kebebasan. Kaos dengan warna belang yang sangat kontras menunjukan bahwa masyarakat Madura merupakan masyarakat dengan mental pejuang, pemberani, dan tegas.

Penggunaan odheng (ikat kepala) juga sarat akan nilai-nilai filosofis. Semakin tegaknya kelopak odheng dipakai, maka semakin tinggi juga derajat kebangsawanan pemakainya. Bagi orang sepuh, odheng dipakai dengan ujung dipilin, sedangkan untuk yang masih muda, bagian ujungnya dibiarkan tetap terbeber.

Odheng terdapat beberapa ukuran dan mempunyai beberapa motif. Berdasarkan dari bentuknya, terdapat odheng peredhan (besar) dan odheng tongkosan (kecil), sedangkan berdasarkan dari motifnya terdapat odheng motif modang, garik atau jingga, bere`songay atau toh biru, dul-cendul, storjan.

Ikatan odheng yang dipakai dalam pakaian adat Madura juga mempunyai maknanya tersendiri. Pada odheng peredhan contohnya, pada bagian ujung simpul bagian belakang dipelintri tegak lurus ke atas sehingga melambangkan huruf alif. Huruf alif merupakan huruf pertama di dalam aksara Hijaiyah (Arab). Sedangkan pada odheng tongkosan kota, simpul pada bagian belakang dibentuk menyerupai huruf lam alif. Kedua bentuk simpul odheng ini melambangkan sebuah pengakuan atas keesaan Allah, mengingat masyarakat suku Madura sendiri merupakan masyarakat penganut agama Islam yang taat.

Bagi para bangsawan, baju pesa’an ini biasanya dipakai bersama dengan beberapa aksesoris yang diantaranya adalah rasughan totop (jas tutup berwarna polos), jam saku, sap-osap (sapu tangan), samper kembeng (kain panjang), stagen, jepit kain, cincin geleng akar (gelang dari akar bahar), arloji rantai, sabuk katemang, perhiasan selo’ (seser), dan sebum thongket atau tongkat.

2. Pakaian Adat Madura Perempuan

Sama halnya dengan pakaian pria, pakaian adat Madura untuk perempuan juga mempunyai desain dan motif yang sederhana. Nama pakaian adat untuk perempuannya adalah kebaya tanpa kutu baru dan kebaya rancongan. Pakaian adat ini dipakai dengan dalaman berupa bh berwarna kontras, seperti warna hijau, biru, atau merah yang ukurannya ketat pas untuk badan. Bahan kebaya yang menerawang serta dipadupadankan dengan bh berwarna kontras membuat para perempuan madura tampak begitu cantik.

Pemakaian kebaya ini mempunyai nilai filosofis bahwa wanita Madura memang sangat menghargai sebuah kecantikan dan juga keindahan bentuk tubuh. Hal lain yang membuktikan dari filosofi ini adalah bahwa sejak masa remaja, gadis madura sudah mulai diberi jamu-jamu khusus untuk menunjang kecantikannya, lengkap dengan berbagai macam pantangan makanan dan anjuran-anjuran lain seperti pemakaian penggel untuk membentuk tubuh yang padat dan juga indah.

Kebaya untuk atasan biasanya akan dipadukan dengan sarung batik dengan motif tertentu untuk bawahan. Motif sarung yang biasa dipakai adalah motif tabiruan, storjan, atau lasem. Pemakaian kebaya dan sarung umumnya dipadukan dengan sebuah stagen Jawa (Odhet) yang panjang dan lebarnya  1,5 meter dan 15 centimeter diikatkan di perut.

Dalam memakai pakaian adat Madura ini, para wanita biasanya juga akan memakai berbagai macam aksesoris sebagai riasan kecantikannya mulai itu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Beberapa aksesoris tersebut diantaranya adalah:

  1. Cucuk sisir dan cucuk dinar merupakan hiasan rambut yang terbuat dari logam emas yang bentuknya menyerupai busur dengan untaian kepingan uang. Cucuk sisir dan juga cucuk dinar ini di tusukan ke dalam gelungan rambut yang dibuat bulat penuh.
  2. Anteng atau shentar penthol merupakan giwang emas yang dipakai ditelinga.
  3. Leng oleng merupakan tutup kepala yang terbuat dari kain tebal.
  4. Kalung brondong merupakan kalung emas dengan rentangan yang berbentuk biji jagung dan dilengkapi dengan liontin bermotifkan uang logam atau bunga matahari.
  5. Penggel merupakan hiasan pergelangan kaki yang terbuat dari bahan emas atau perak.
  6. Gelang dan cincin emas bermotif keratan tebu (tebu saeres).
  7. Selop tutup sebagai alas kaki.

Bagikan:

Leave a Comment