.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }
Masing-masing suku yang tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan sebenarnya mempunyai kekhasan dan karakteristik pakaian adat yang beraneka ragam. Namun, diantara banyaknya jenis pakaian adat tersebut, baju bodo merupakan pakaian adat resmi yang dipakai sebagai ciri khas provinsi Sulawesi Selatan, terutama untuk para wanitanya. Nah seperti apakah pakaian adat tersebut? berikut ini penjelasannya.
Pakaian Adat Wanita Sulawesi Selatan
Baju Bodo dianggap sebagai pakaian adat Provinsi Sulawesi Selatan paling pertama dikenal oleh masyarakatnya. Di dalam kitab Patuntung, yaitu kitab suci ajaran Animisme dan Dinamisme para leluhur suku makassar, baju ini bahkan disebutkan dengan jelas, mulai itu dari bentuk, jenis sampai cara pemakaiannya.
Ilmu tekstil yang sudah dikenal sejak zaman batu muda oleh para leluhur suku makassar membuat baju bodo sangat nyaman dipakai. Baju ini sengaja dibuat dari bahan kain muslin. Kain ini merupakan kain hasil pintalan kapas yang dijalin bersama dengan benang katun. Rongga dan juga kerapatan benang yang cukup renggang, menjadikan kain satu ini sangat sejuk ketika dikenakan sehingga sangat cocok dipakai di iklim tropis Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebagian masyarakat Makassar menyebut baju bodo ini dengan nama “bodo gesung”. Alasannya yaitu karena pakaian adat ini mempunyai gelembung pada bagian punggungnya. Gelembung tersebut muncul di akibatkan baju bodo dipakai dengan ikatan yang lebih tinggi. Baju bodo merupakan baju tanpa lengan. Jahitan hanya dipakai untuk menyatukan sisi kanan dan kiri kain, sedangkan pada bagian bahu dibiarkan polos tanpa menggunakan jahitan.
Pada bagian atas baju bodo digunting atau dilubangi dan berfungsi sebagai tempat masuknya leher. Lubang leher tersebut juga dibuat tanpa menggunakan jahitan. Sebagai bawahan, sarung dengan motif kotak-kotak akan dipakai dengan cara digulung atau dipegangi memakai tangan kiri. Pemakainya juga akan memakai berbagai macam pernik aksesoris seperti kepingan-kepingan logam, bando emas, gelang, kalung, dan cincin.
Dalam kitab Patuntung, terdapat aturan yang menyebutkan pemakaian warna khusus untuk tingkatan usia wanita yang akan memakai baju dodo ini. Aturan warna tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Warna jingga, dipakai oleh perempuan yang umurnya kurang dari 10 tahun.
- Warna jingga dan merah darah, dipakai oleh perempuan yang umurnya dari 10 sampai 14 tahun.
- Warna merah darah, dipakai oleh umur 17 sampai 25 tahun.
- Warna putih, dipakai untuk para inang dan dukun.
- Warna hijau, dipakai untuk puteri bangsawan.
- Warna ungu, dipakai untuk para janda.
Meskipun aturan tersebut dimasa lampau wajib dipatuhi, namun saat ini para wanita yang akan memakai pakaian adat Provinsi Sulawesi Selatan ini bebas untuk memakai baju dodo dengan warna apapun, mengingat kepercayaan dari animisme dan dinamisme yang dianut oleh warga Provinsi Sulawesi Selatan semakin luntur sesudah masuknya ajaran Islam di Indonesia.
Pakaian Adat Pria Sulawesi Selatan
Jika wanita makassar memakai pakaian adat yang bernama baju bodo, maka para prianya memakai pakaian adat yang bernama baju bella dada. Baju ini dipakai bersama dengan lipa garusuk (kain sarung), paroci (celana), dan passapu (tutup kepala seperti peci). Model baju bela dada ini merupakan baju bentuk jas tutup dan berlengan panjang serta kerah dan kancing sebagai perekat. Baju ini biasanya dilengkapi juga dengan saku pada bagian kiri dan kanannya.
Berbeda halnya dengan baju bodo yang terbuat dari kain muslin, pakaian adat Provinsi Sulawesi Selatan khusus untuk laki-laki ini justru terbuat dari bahan dasar yang lebih tebal. Seperti dari bahan dasar kain lipa garusuk atau lipa sabbe. Sedangkan untuk warnanya biasanya tidak ada aturan tertentu dan dapat disesuaikan dengan selera para pemakainya.
Passapu atau tutup kepala yang dipakai sebagai pelengkap baju bella dada biasanya dibuat dari anyaman daun lontar dengan hiasan mbring atau benang emas yang disusun. Passapu bisa juga tidak diberi hiasan. Passapu polos atau yang biasa disebut dengan passapu guru ini umumnya dipakai oleh para dukun atau tetua kampung.
Selain passapu, para laki-laki juga tidak ketinggalan untuk memakai aksesoris pelengkap pakaian yang dipakai. Beberapa aksesoris diantaranya adalah gelang, keris, sapu tangan, selempang atua rante sembang, dan sigarak atau hiasan penutup kepala.
- Gelang yang dipakai adalah gelang dengan motif naga dan terbuat dari bahan emas, sehingga gelang ini dinamai dengan gelang ponto naga.
- Keris yang digunakan adalah keris dengan kepala dan sarung yang terbuat dari bahan emas. Keris ini disebut juga dengan pasattimpo atau tatarapeng.
- Sapu tangan yang dipakai adalah sapu tangan dengan hiasan khusus. sapu tangan ini dinamai passapu ambara.
Leave a Comment