Raja Amangkurat I yang memerintah Kerajaan Mataram konon begitu suka seks dan wanita. Bahkan ia kerap menggoda perempuan – perempuan yang merupakan istri orang. Tak jarang sang raja pun nekat merebut perempuan itu.

Buku berjudul “Tuah Bumi Mataram dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II” tulisan Peri Mardiyono mengisahkan bagaimana Amangkurat I yang memiliki nama lengkap Sri Susuhunan Amangkurat Agung, memerintah di Kerajaan Mataram pada tahun 1646 – 1677.

Selama 32 tahun memerintah Kerajaan Mataram, Amangkurat I konon punya banyak skandal seks dengan para perempuan. Amangkurat I bahkan mulai berpetualang dengan para perempuan sejak usia muda. Perempuan yang ada di sekitar istana jadi korbannya. Korban pertamanya adalah istri Tumenggung Wiraguna yang terjadi pada tahun berikutnya 1637.

Baca: Cinta Terlarang Amangkurat I dengan Ratu Malang dan Dikurungnya 60 Dayang

Saat itu Amangkurat I disebut masih berusia 18 tahun membawa lari istri orang yang tak lain adalah Tumenggung Wiraguna. Mengetahui istrinya dibawa lari oleh Amangkurat I, Tumenggung Wiraguna memberanikan diri mengadukan skandal itu ke Sultan Agung, ayah Amangkurat I.

Mendengar laporan itu Sultan Agung langsung marah, putranya yang kelak akan mewarisi tahta Mataram justru melakukan tindakan tak terpuji. Singkat cerita akhirnya Sultan Agung ayahnya menghukum sendiri anaknya.

Amangkurat pun akhirnya mengembalikan istri orang itu kepada suaminya Tumenggung Wiraguna. Sedangkan Amangkurat I sendiri memilih meninggalkan keraton untuk mendalami ilmu agama Islam.

Sebelum Sultan Agung wafat, ia menyerahkan tahtanya kepada sang anak Amangkurat I yang dipanggilnya pulang. Sang ayah mengira anaknya telah bertobat dan berubah menjadi orang baik.

Sesaat setelah ditahbiskan sebagai Raja Mataram dan wafatnya Sultan Agung kian membuat posisi Amangkurat I kuat menjadi seorang raja. Di sinilah tabiat buruknya kembali muncul, kembali bermain perempuan dan nekat membunuh orang yang menghalangi hasratnya.

Baca: Nyi Ageng Serang, Panglima Perang Dan Penakluk Hati Hamengku Buwono II

Perempuan berikutnya yang menjadi korban adalah anak perempuan dari dalang wayang yang dikenal nama Ratu Malang. Perempuan ini sebenarnya juga sudah memiliki suami. Sang suami juga merupakan dalang bernama Kiai Dalem atau Ki Dalang Panjang Mas. Namun hasrat Amangkurat I untuk mendapat perempuan tersebut membuncah.
Ia bahkan memerintahkan anak buahnya untuk membunuh suami Ratu Malang. Namun karena cinta dan setianya Ratu Malang kepada suaminya ia merasa sakit hati mengetahui suaminya dibunuh oleh Amangkurat I.

Setelah itu Ratu Malang pun menjadi selir dari Amangkurat I. Namun cintanya Ratu Malang ke suaminya tak pudar hingga akhirnya dia sakit parah dan meninggal dunia.

Tapi mendengar kabar Ratu Malang meninggal, Amangkurat I langsung marah dan menuduh para selir kerajaan sengaja mengutus dayang – dayang meracuni Ratu Malang, karena cemburu padanya. Dari sinilah Amangkurat I menghukum mati 43 orang selir dan dayang, dengan cara mengasingkan mereka tanpa diberi makanan apapun.

Skandal ketiga sang don juan dari Kerajaan Mataram ini terjadi ini terjadi dengan rebutan perempuan dengan anak kandungnya sendiri, Raden Mas Rahmat atau Amangkurat II. Perempuan bernama Rara Oyi ini merupakan putra Ki Mangunjaya, yang terkenal cantik jelita.

Namun usia Rara Oyi kala itu masih belia atau belum haid. Mengetahui Amangkurat I jatuh cinta kepada putrinya, Ki Mangunjaya pun mengizinkan anaknya dijadikan selir Amangkurat I. Rara Oyi pun dititipkan kepada Tumenggung Wirareja. Namun tak disangka saat Rara Oyi berjumpa dengan anak Amangkurat I, Raden Mas Rahmat langsung jatuh kepada Rara.

Raden Mas Rahmat akhirnya menikahi Rara Oyi tanpa seizin dan sepengetahuan sang ayah Amangkurat I. Tanpa diduga hal ini diketahui ayahnya dan membuat Amangkurat I marah besar kepada anaknya.

Baca: Akhir Hidup Jaka Tingkir Perang dengan Anak Angkatnya Sutawijaya

Amangkurat I marah melihat selirnya dinikahi oleh sang anak kandangnya sendiri. Maka terjadilah perebutan perempuan, sang ayah akhirnya meminta anaknya memilih. Bila memang ia masih setia kepada ayahnya, maka Raden Mas Rahmat harus membunuh Rara Oyi di hadapan ayahnya.
Namun ternyata Raden Mas Rahmat memilih kekuasaan daripada cinta. Di hadapan sang ayah inilah ia menghujam kerisnya ke tubuh Rara Oyi hingga tewas seketika.

Konflik dan intrik berdarah ini menjadi kisah memilukan di masa kekuasaan Amangkurat. Selain dikenal haus seks, Amangkurat I terkenal haus darah. Hal inilah yang merupakan sifat buruk Raja Mataram yang berimbas pada kekisruhan yang melanda Mataram saat itu.

Bagikan:

Leave a Comment