Rumah Adat Betawi dari DKI Jakarta bernama Rumah Kebaya. Dinamai demikian karena atap dari rumah ini berbentuk seperti pelana yang apabila dilipat dan dilihat dari samping akan tampak seperti lipatan kebaya. Rumah kebaya khas Betawi memiliki beberapa keunikan.

Rumah Adat Betawi dari DKI Jakarta

Salah satu keunikan tersebut terletak pada desain terasnya yang luas. Teras luas ini memiliki filosofi bahwa masyarakat Betawi secara umum akan mudah menerima tamu atau pendatang. Selain itu, ada beberapa keunikan lain yang jarang diperhatikan dari rumah adat ini, di antaranya sumur keluarga biasanya terdapat di bagian depan, pemakaman keluarga terdapat di bagian samping, sementara sekat rumahnya tidak permanen, melainkan dapat dilipat atau digeser.

Nah, selengkapnya tentang penjelasan desain rumah adat ini, silakan simak pembahasan mengenai informasi seputar struktur dan arsitektur bangunannya, pembagian ruang, serta ciri khas dan nilai filosofis bagiannya, berikut ini!

 Dinamai demikian karena atap dari rumah ini berbentuk seperti pelana yang apabila dilipat Rumah Adat Betawi, Jakarta (Rumah Kebaya), Gambar dan Penjelasannya

1. Struktur Bangunan

Rumah Kebaya dibangun menggunakan beragam material yang berasal dari alam. Material utamanya sendiri adalah kayu-kayu dengan struktur kuat seperti kayu kecapi, kayu jati, kayu gowok, dan kayu nangka. Kayu-kayu tersebut digunakan untuk beragam keperluan, seperti tiang rumah, dinding, pagar, pindu, dan rangka atap.

Selain kayu, rumah adat Betawi ini juga menggunakan material batu. Batu kali digunakan untuk pondasi rumah dengan sistem umpak (semakin ke atas semakin besar). Batu tersebut diletakan untuk landasan tegaknya tiang rumah. Penggunaan batu ini dimaksudkan agar tiang tidak mudah lapuk karena langsung bersentuhan dengan tanah.

Untuk atap, rumah ini disusun menggunakan beberapa material. Kerangkanya disusun dari kayu kecapi untuk kuda-kuda, kayu nangka untuk balok tepi, kayu gowok untuk kaso, bambu untuk reng-nya, sementara atapnya dibuat dari genteng tanah atau atep (alang-alang yang disusun).

2. Fungsi dan Pembagian Ruangan

Sebagai tempat tinggal, rumah kebaya dibagi menjadi beberapa ruangan dengan fungsi-fungsi khusus. Ada 2 bagian utama dari rumah adat Betawi ini berdasarkan sifatnya, yaitu bagian depan yang menjadi bagian semi publik di mana setiap orang diperbolehkan untuk berada di situ, dan bagian belakang yang menjadi bagian yang bersifat pribadi sehingga hanya orang tertentu yang boleh memasukinya. Adapun secara umum, bagian rumah kebaya sendiri terdiri dari :

  1. Teras. Bagian ini terletak di depan rumah. Umumnya digunakan untuk menerima tamu sekaligus tempat bersantai bagi anggota keluarga saat pagi atau sore hari. Di dalamnya terdapat kursi kayu jati dan amben atau dipan. Teras juga biasa disebut jejogan. Setiap hari lantai teras wajib dibersihkan sebagai bentuk penghormatan bagi tamu yang datang.
  2. Paseban. Ruangan ini terletak di samping pintu masuk rumah. Selain digunakan sebagai tempat ibadah sholat, paseban juga digunakan sebagai kamar tamu bila ada seseorang yang menginap. Paseban memiliki keunikan pada pintu masuknya, yaitu terdapat ukiran dan tepi atapnya diberi renda.
  3. Pangkeng. Merupakan ruang keluarga yang dibatasi oleh dinding-dinding kamar. Pada ruangan ini terdapat meja makan dan almari yang biasa digunakan untuk menyimpan perabotan rumah tangga.
  4. Kamar tidur. Jumlah kamar tidur tergantung berapa banyak jumlah anggota kelurga. Akan tetapi biasanya kamar tidur berjumlah lebih dari 3.
  5. Srondoyan. Dalam bahasa Indonesia berarti dapur. Pada ruangan ini terdapat perabotan alat masak, amben yang berisi persediaan bahan pangan, dan alat-alat pertanian.

 Dinamai demikian karena atap dari rumah ini berbentuk seperti pelana yang apabila dilipat Rumah Adat Betawi, Jakarta (Rumah Kebaya), Gambar dan Penjelasannya

3. Ciri Khas dan Nilai Filosofi Rumah Kebaya

Dari pemaparan tentang desain arsitektur, fungsi, dan pembagian ruangaan di atas, terdapat beberapa ciri khas sekaligus nilai filosofis yang terkandung dalam desain rumah adat Betawi ini. Ciri khas dan nilai filosofis tersebut di antaranya:

  1. Desain pintu dan jendela memiliki jalusi (lubang angin yang disusun horizontal). Penggunaan jalusi dimaksudkan selain sebagai hiasan juga bermanfaat untuk mengatur sirkulasi udara dari dalam dan keluar rumah. Pintu dan jendela rumah adat DKI Jakarta ini umumnya juga dicat dengan warna hijau dan kuning.
  2. Pintu dan jendela umumnya juga memiliki 2 daun yang bisa dibuka kanan dan kiri. Setiap pintu dan jendela dilengkapi dengan kain gorden.
  3. Memiliki ragam hias pada tepi atapnya. Tepi atap rumah berupa ukiran yang tampak seperti bentuk kebaya.
  4. Bagian teras rumah dipagar kayu keliling untuk mencegah hewan peliharaan masuk rumah dan mengotori jejogan. Adanya pagar pada teras juga memiliki nilai filosofis yang melambangkan bahwa masyarakat Betawi terbuka pada setiap pendatang, tapi tetap membatasi diri terhadap segala pengaruh dan budaya buruk yang berasal dari budaya luar, terutama yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Nah, demikian penjelasan sekilas yang bisa kami sampaikan tentang rumah adat Betawi dari DKI Jakarta yang bernama rumah Kebaya. Sebetulnya budaya Betawi mengenal jenis rumah adat lainnya seperti rumah Joglo, rumah Bapang, dan rumah Gudang. Hanya saja yang lazim digunakan sebagai desain rumah tinggal adalah desain rumah kebaya ini. Cukup sampai disini, semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa kenali keunikan rumah adat Jawa Barat yang akan kami bahas di artikel selanjutnya. Salam.

Bagikan:

Leave a Comment