Sejarah Kota Banyumas : Kota Banyumas merupakan salah satu kota di lembah Sungai Serayu yang memiliki hulu di Pegunungan Dieng serta bermuara di Samudra Hindia. Sungai Serayu membelah Karesidenan Banyumas sehingga cukup menyulitkan untuk menjangkau wilayah-wilayah tertentu. Kota kecil ini selain dikelilingi Pegunungan Serayu , juga dikelilingi oleh sungai-sungai. Sungai-sungai mengalir di sebelah timur dan utara kota , sementara kali Gawe sungai yang lebih kecil mengalir di barat kota.
Batas di sebelah utara dan timur Sungai Serayu , sementara batas di sebelah selatan ialah Kemranjen dan sebelah barat ialah onderdistik Patikraja. Sebagai kota kabupaten yang telah berdiri sejak 1582 , berdasarkan Resolusi Dewan Hindia Belanda tanggal 22 Agustus 1831 Nomor 1 dibentuklah Karesidenan Banyumas yang mula-mula wilayahnya masih terbatas atas lima kabupaten , yaitu: Kabupaten Banyumas , Kabupaten Ajibarang , Kabupaten Purbolinggo , Kabupaten Banjarnegara , dan Kabupaten Majenang (Cilacap).
Pembentukan Karesidenan Banyumas , yang pada waktu itu mancanegara klien dari kesunanan Surakarta , terintegrasi ke dalam wilayah kekuasaan kolonial Belanda merupakan salah satu akibat yang timbul dari Perang Jawa. Banyumas merupakan pusat sejarah rakyat Banyumas. Karena dari sinilah cikal bakal wilayah sekitarnya. Nilai historisnya yang tinggi membuat pemerintah kolonial menjadikan kota ini sebagai ibukota Karesidenan. Pasca undang-undang desentralisasi tahun 1903 , wilayah Karesidenan Banyumas ditetapkan dalam Staatsblad No. 136 tahun 1907.
|
Jembatan Serayu Tahun 1900 , sumber : di foto |
Sejarah Karesidenan Banyumas
Pembangunan jaringan transportasi di Karesidenan Banyumas pada umumnya sudah mulai dilakukan sejak pertengahan abad ke-19. Terlebih sejak bermunculannya pabrik-pabrik gula di Klampok , Bojong , Kalimanah , Sokaraja dan Purwokerto. Diwilayah karesidenan ini , wewenang pembangunan jalan baru dan perbaikan jalan yang sudah ada diberikan residen kepada Direktur Pekerjaan Umum Daerah untuk merencanakan pembangunan sarana jalan beserta infrastruktur pelengkapannya. Jalan raya yang melewati Karesidenan Banyumas meliputi :
- Jalan raya Tegal-Prupuk-Bumiayu-Purwokerto-Banyumas , di barat laut ,
- Di Timur yakni jalan raya Banyumas-Wonosobo melintas pas Kledung Hingga menuju ke Magelang-Yogyakarta ,
- Di Timur sebelah selatan: Banyumas-Sumpyuh-Kebumen-Purworjo lewat tanjakan Mergoyoso terus ke Magelang dan Yogyakarta.
Secara fisik , infrastruktur yang ada di Kota Banyumas pada awal abad ke-20 sudah cukup lengkap. Jalanan sudah cukup baik , listrik dan waterleiding juga sudah tersedia. Di Kota Banyumas terdapat jalan utama yakni Djalan Tengah , Bankstraat , Residentweg. Kliniekstraat serta Krijgmanstraat. Jalan tengah membujur ke utara arah jembatan Sungai Serayu yang dibangun pada 1891. Jembatan ini menghubungkan Kota Banyumas dengan distrik Sokaraja. Di jalan tengah terdapat beberapa bagunan antara lain Hotel California , serta pasar Banyumas yang terletak di sebelah selatan jembatan Serayu.
Sebagai kota di Jawa yang memiliki sumbu utara dan selatan dalam kosmologinya , rumah bupati (kabupaten) Banyumas menghadap ke arah selatan dimana disitu terletak alun-alun. Di sebelah barat terdapat masjid Agung Banyumas dan kampung Kauman. Kediaman karesidenan Banyumas dibangun pada 1843 terletak di ujung sebelah selatan residentweg , menghadap ke utara. Selain societelit , beberapa gedung lain terdapat di sepanjang jalan ini ialah kantor pos dan telegraf , serta kantor kadaster.
Dalam sektor pendidikan , hingga 1933 di Kabupaten Banyumas terdapat 194 desa scholen , 13 inlander 2e scholen , 17 vervolgscholen , 1 H.I.S , 2 H.C.S , 1 ELS , dan 1 schakel. Secara umum , fasilitas pendidikan di kota-kota di Karesidenan Banyumas masa itu memang belum sebaik kota lain. Jenjang pendidikan tertinggi ialah MULO yang terletak di Kota Purwokerto. Oleh karena itu , para pemuda Banyumas yang ingin meneruskan jenjang pendidikannya selepas pendidikan dasar harus merantau ke kota lain yang fasilitas pendidikannya lebih baik.
Sumber :
- Buku “Kota-kota di Jawa: Identitas , Gaya Hidup Dan Permasalahan” Sri Margana & M. Nursam
Baca Juga :
Leave a Comment