Sejarah awal pulau Jawa seolah terbungkus oleh misteri, karena sama sekali tidak diketahui keberadaannya oleh dunia. Sampai Pulau ini dikunjungi oleh peziarah dari China, yakni fahin pada tahun 412 Masehi.

Konon tanah Jawa pada masa lalunya, menyimpan banyak misteri dan juga kisah mistis. Lalu seperti apa kisah tanah Jawa di masa lalu? simak pembahasan lengkapnya berikut.

Berdasarkan buku sejarah gaib tanah Jawa, karangan CW Leadbeaters, cetakan 1 Maret tahun 2015, disebutkan pada 2000 tahun sebelum masehi pulau Jawa sudah menjadi koloni bangsa Atlantis.

Tapi saat Atlantis hancur, Jawa menjadi negeri yang terpisah disaat masih dikuasai oleh bangsa Atlantis, inilah ajaran gaib hitam dan juga sesat mulai diajarkan kepada penduduk yang tinggal di tanah Jawa ini.

Sehingga pengaruh aliran sesat itu kemudian semakin kuat, dan merusak kehidupan yang ada pada saat itu, mereka memuja Dewa yang kejam, yang selalu meminta persembahan manusia, dan hidup di bawah bayang-bayang Tirani.

Tanpa kesempatan untuk melepaskan diri pada zaman itu, mereka diperintahkan oleh raja yang merangkap Imam Agung dari aliran hitam itu, diantara Raja ini ada seorang yang sungguh fanatik dalam kepercayaan aliran hitam.

Baca: Sultan Agung Penggal Adipati Priangan di Alun-Alun Mataram

Sang raja memiliki keyakinan, bahwa hanya dengan menjalankan praktik kepercayaan yang mengorbankan darah setiap hari, maka wilayahnya dapat diselamatkan dari kehancuran.

Hal ini didasari oleh keyakinan, bahwa dewa-dewa ganas dan haus darah lah yang memegang kendali atas tanah Jawa. Pada saat itu para dewa telah membuktikan kekuatan dahsyatnya, dengan letusan gunung berapi secara berulang-ulang, dan juga bencana-bencana alam yang lainnya.

Raja tersebut Lalu memutuskan untuk melakukan sebuah pemagaran gaib, demi untuk menjaga dan memelihara perlindungan atas tanah Jawa. Salah satu caranya adalah dengan praktik ilmu gaib dari para ahli sihir.

Hal ini dilakukan agar kelak semua sesembahan darah kepada dewa-dewa haus darah, yang bercokol di seluruh Jawa tetap dilanjutkan, di sepanjang abad-abad yang akan datang demi terwujudnya maksud itu, dia kemudian menciptakan mantra yang sangat kuat di atas tanah Jawa, agar aliran hitam yang di anutnya tersebut tidak akan lenyap selamanya.

Efek dari hal itu masih dapat dilihat baik secara etis maupun astral, dalam bentuk Awan Gelap yang besar yang melayang-layang di atas pulau Jawa.

Awan hitam ini anehnya kelihatan seolah-olah seperti tertambat pada titik-titik tertentu, sehingga tidak lantas terbawa oleh angin Hai dan tetap tinggal pada tempatnya.

titik-titik lokasi awan hitam ini sengaja di netralisir oleh raja, dekat dengan kawah kawah gunung berapi. Salah satu alasannya adalah karena kawah-kawah tersebut, biasanya ditempati oleh beragam jenis makhluk-makhluk halus.

Sehingga makhluk-makhluk gaib itu dapat diperintahkan oleh sang raja, Kemudian pada 1200 tahun sebelum masehi terjadi invasi secara damai terhadap pulau Jawa oleh Raja Vaivasvata Manu, yang beragama Hindu.

Baca: Sejarah Perjanjian Salatiga dan Musnahnya Kekuasaan Mataram

Mereka datang secara damai, dan tinggal di pantai dan pada akhirnya membentuk kota perdagangan kecil yang independen.

Seiring waktu kekuatan para pendatang hindu ini meningkat pesat, dan akhirnya menjadi dominan dalam komunitas. Akan tetapi walaupun agama Hindu telah diterima oleh penduduk, namun dalam kenyataannya pemujaan lama terhadap ajaran sesat tetap dilaksanakan, dan praktik ilmu gaib Malah semakin menjamur.

Melihat kondisi tersebut raja Vaivasvata Manu yang berkuasa saat itu meminta untuk mengirimkan ekspedisi ke Jawa, pada tahun 78 masehi.

Ekspedisi ini dilakukan untuk menangkal pengaruh buruk dari aliran sesat, yang sudah membumi di tanah Jawa tersebut. Pemimpin ekspedisi ini dipimpin oleh ahli spiritual yang bernama Aji Saka atau Sakaji.

Aji Saka ini sangat memahami tugas yang diembannya, Aji saka lalu menanam benda yang berdaya magnet kuat yang telah dimantrai, di tujuh tempat di pulau jawa untuk menyingkirkan pengaruh aliran hitam dari tanah Jawa, atau tumbal bagi tanah Jawa.

Untuk tempat dan tumbal atau jimatnya, yang paling penting dan kuat Aji saka memilih perbukitan yang mengarah ke sungai Progo, tempat yang sangat dekat dengan titik pulau Jawa.

Syekh Subakir adalah seorang ulama besar, yang dikirim untuk menumbang tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk halus, saat awal penyebaran ajaran Islam di nusantara karena Syekh Subakir tahu kondisi pulau Jawa banyak dipengaruhi oleh unsur gaib yang sangat mengganggu.

Lalu Syekh Subakir membawa batu hitam dari Arab, yang telah dirajah kemudian dengan Karomah yang dimilikinya batu hitam dengan nama raja Aji Kalacakra tersebut, dipasang di tengah-tengah tanah Jawa, yaitu di puncak Gunung Tidar Magelang. Karena Gunung Tidar dipercayai sebagai titik Sentral, atau pakunya tanah Jawa.

Hasilnya kekuatan gaib yang mengganggu di Pulau Jawa pun, dapat dihalau. Pada masa ini ilmu kebatinan berkembang lagi menjadi beberapa cabang, yaitu Ketabiban, kewaskitaan, kesaktian kanuragan, kekebalan, pengasihan, termasuk juga tenaga dalam.

Kemudian sepeninggalan Syekh Subakir pemagaran gaib, terhadap pengaruh negatif dilanjutkan oleh para Walisongo, para wali agama Islam salah satu diantaranya yang terkenal yaitu Sunan Kalijaga.

Baca: Serangan Balasan Kerajaan Sunda ke Majapahit Usai Perang Bubat

Legenda mengenai Aji saka ini dalam berbagai cerita juga dianggap melambangkan kedatangan Dharma atau ajaran dan peradaban hindu-budha ke pulau Jawa. Akan tetapi penafsiran lain beranggapan bahwa kata Saka, adalah berasal dari istilah dalam bahasa Jawa, yaitu Saka, atau Soko, yang berarti penting pangkal atau asal mula.Maka namanya pun bermakna Raja asal mula, atau raja pertama.

Mitos ini mengisahkan mengenai kedatangan seorang pahlawan, yang membawa peradaban tata tertib dan juga keteraturan ke tanah Jawa. Karena Ajisaka telah mengalahkan raja jahat, yaitu Prabu Dewatacengkar Sang Penguasa ilmu hitam, yang kalah itu menguasai Pulau Jawa.

Legenda ini juga menyebutkan, bahwa Aji saka adalah pencipta tari tahun Saka, atau setidak-tidaknya raja pertama yang menerapkan sistem kalender Hindu di Jawa.

Tumbal Aji saka untuk menangkal kekuatan hitam pun bertahan hingga beratus-ratus tahun kemudian, hingga sampai pada keadaan dimana Jin kembali berkuasa, hujan darah dimana-mana dan bencana merajalela.

Pada masa ini berkembanglah beberapa aliran ilmu gaib di Pulau Jawa, diantaranya Kejawen klenik dan juga kebatinan. Lalu pada awal abad ke-13 datanglah Syekh Subakir seorang ulama yang dikirim oleh Kesultanan Turki utsmaniyah ke tanah Jawa.

Bagikan:

Leave a Comment