Sejarah Pertempuran Ambarawa merupakan salah satu pertempuran yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Pertempuran Ambarawa berlangsung untuk tujuan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal ini dilakukan karena setelah kemerdekaan , pasukan NICA dan militer Inggris datang kembali ke Indonesia dan berusaha menggoyahkan pemerintahan yang sudah terbentuk.

Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 Oktober 1945 , nama pertempuran “Ambarawa” diambil dari nama sebuah daerah di dekat Semarang. Daerah ini terkenal memiliki rawa yang begitu luas.

Sejarah Pertempuran Ambarawa

Latar Belakang Pertempuran Ambarawa

Latar Belakang pecahnya Pertempuran Ambarawa disebabkan karena pasukan sekutu mendarat di kota Semarang tepat pada tanggal duapuluh Oktober 1945. Pasukan tersebut kemudian membebaskan tawanan perang di Magelang dan Ambarawa. Pasukan yang diizinkan untuk membebaskan tawanan perang oleh pemerintah Republik Indonesia tersebut kemudian mempersenjatai tawanan yang sudah dibebaskan.

Pasukan yang dibebaskan saat sebelum pertempuran Ambarawa pecah adalah merupakan tawanan perang dari Eropa. Akibat pembebasan dan pemberian senjata yang diberikan oleh pasukan Sekutu kepada tawanan menyebabkan terjadi beberapa insiden tepatnya pada tanggal 26 Oktober. Insiden ini merupakan pertempuran yang berlangsung antara pasukan Sekutu dan pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebelum pertempuran Ambarawa.

Insiden sebelum pertempuran Ambarawa ini dapat berakhir setelah pemimpin dari kedua belah pihak melakukan sebuah perjanjian. Kedua tokoh yaitu Ir Soekarno dari Republik Indonesia dan Brigadir Jenderal Bethell dari Sekutu. Pertemuan berlangsung di Magelang pada tanggal 2 November 1945 dan melakukan sebuah perjanjian , berikut ini hasil kesepakatan yang berhasil dibuat , meliputi :

  • Pembebasan lalu lintas di jalan Ambarawa-Magelang bagi pihak Indonesia maupun pihak Sekutu.
  • Pihak Sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di kota Magelang. Hal tersebut bertujuan untuk mengurus evakuasi dan melindungi pasukan sekutu yang menjadi tawanan saat penjajahan Jepang.
  • Pihak Sekutu tidak mengakui aktivitas badan-badan yang dibawanya , termasuk pasukan NICA.
  • Pembatasan dilakukan terhadap jumlah pasukan dari pihak Sekutu.
Tokoh: Pemimpin Pertempuran Ambarawa

Kronologi Terjadinya Pertempuran Ambarawa

Perjanjian yang telah dilakukan oleh kedua tokoh pemimpin ternyata dilanggar oleh pihak Sekutu. Tepat pada tanggal 20 November 1945 pertempuran kembali pecah. Pertempuran terjadi di Ambarawa antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat yang dipimpin Mayor Sumarto dengan pasukan dari pihak Sekutu.

Kemudian pada 21 November tahun yang sama , pihak sekutu melakukan penarikan pasukan yang berada di Magelang menuju ke daerah Ambarawa. Pasukan ini ikut berperang dalam pertempuran ambarawa dibawah perlindungan pesawat tempur milik Belanda.

Setelah satu hari pertempuran Ambarawa berlangsung , kemudian keesokan harinya dilanjutkan di perkotaan. Pasukan sekutu menyerang perkampungan di daerah Ambarawa. Kumpulan pasukan Tentara Keamanan Rakyat yang merupakan gabungan dari beberapa wilayah seperti Kartasura , Salatiga dan Boyolali melakukan langkah dengan bertahan di pemakaman Belanda.

Pasukan ini membentuk susunan posisi di sepanjang jalur rel kereta api yang saat itu membelah daerah Ambarawa. Pertempuran pun berlangsung kembali. Pasukan Tentara Keamanan Rakyat yang berada dari arah Magelang yakni pasukan divisi v Purwokerto yang dipimpin oleh Imam Androngi memulai serangan di pagi hari tepat pada tanggal 21 bulan 11 tahun 1945.

Serangan yang dilakukan oleh divisi 5 ini bertujuan memukul mundur pasukan lawan yang berada di Desa Pingit. Serangan tersebut kemudian berhasil dan pasukan bisa menduduki daerah pingit. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah untuk merebut beberapa desa disekitarnya.

Pembentukan Komando Markas Pimpinan Pertempuran

Pasukan yang dipimpin oleh Imam Androngi ini kemudian meneruskan perjuangannya. Bala bantuan datang untuk membantu pasukan ini yakni dari Batalyon 8 yang dipimpin oleh Mayor Sarjono , Batalyon 10 dipimpin oleh Mayor Suharto dan bantuan dari Batalyon yang dipimpin Mayor Sugeng.

Perkembangan selanjutnya pada pertempuran Ambarawa kemudian pasukan Serikat pun akhirnya terkepung , namun usaha perlawanan masih dilakukan. Perlawanan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan tank yang dilancarkan dari arah belakang pasukan TKR. Perlawanan pasukan sekutu dapat mengancam nyawa pasukan militer Indonesia. Sehingga dengan cepat melakukan keputusan dengan mendur ke daerah Bendono.

Pasukan TKR ini kemudian mendapatkan bantuan dari resim 2. Pasukan tersebut terdiri dari Batalyon Polisi yang dipimpin oleh Onie Sastro Atmojo dan batalyon dari kota Yogyakarta. Bantuan tersebut ternyata membuahkan hasil , yakni dapat menahan pergerakan musuh di desa Jambu. Para komandan pasukan TKR kemudian melakukan rapat/perundingan di desa tersebut yang dipimpin oleh Kolonel H. Iskandar.

Hasil dari rapat yaitu pembentukan komando , komando yang dibentuk bernama “Markas Pimpinan Pertempuran”. Markas ini dipusatkan/bertempat di kota Magelang. Selain itu , wilayah Ambarawa juga dibagi menjadi 4 sektor. Sektor-sektor ini meliputi sektor barat , sektor timur , sektor selatan dan sektor utara.
Strategi yang dilakukan kemudian melakukan siaga secara bergantian. Pada serangan yang terjadi tanggal 26 November mengakibatkan gugurnya komandan pasukan dari Purwokerto yakni Letkol Isdiman. Pasukan dibawah pimpinannya kemudian diambil alih oleh Kolonel Sudirman

Strategi Pertempuran Ambarawa

Strategi kemudian dirancang untuk dapat memenangkan pertempuran yang terjadi di Ambarawa. Pada tanggal 11 bulan Desember tahun 1945 Kolonel Sudirman mengumpulkan para komandan setiap sektor di Ambarawa. Kemudian disepakati bahwa serangan akan dilakukan pada pagi hari keesokan harinya. Tepat pada jam 04.30 serangan dimulai , serangan dibuka dengan tembakan mitraliur. Serangan kemudian disusul dengan penembakan-penembakan oleh karaben.

Setelah itu , serangan pun memanas di Ambarawa.  Selama 1 1/5 jam jalanan Ambarawa-Semarang dapat dikuasai Pasukan Keamanan Rakyat. Pertempuran Ambarawa berjalan sangat sengit. Serangan ini pun langsung dipimpin oleh Kolonel Sudirman.

Strategi yang digunakan adalah taktik pengepungan berlapis atau rangkap yang dilakukan dari dua sisi. Pasukan Sekutu berhasil terkepung oleh pasukan TKR. Selain itu , komunikasi dan suplai pasukan serikat dapat diputus dari induknya , strategi ini pun cukup berhasil.

Akhir Pertempuran Ambarawa dan Dampaknya

Puncak atau akhir dari pertempuran Ambarawa berlangsung pada bulan Desember tepatnya dinihari tanggal 12 tahun 1945. Pasukan Tentara Keamanan Rakyat secara bersamaan menuju sasaran masing-masing yang sudah ditentukan. Setelah setengah jam berlangsung , pasukan Tentara Keamanan Rakyat berhasil mengepung pasukan Sekutu yang berada di Kota. Berdasarkan perkiraan , pertahanan terkuat dari pasukan sekutu berada di Benteng Williem. Benteng ini terletak tepat di tengah kota Ambarawa.

Pasukan TKR kemudian mengepung kota selama 4 hari 4 malam. Pasukan Sekutu kemudian merasa terjepit dan akhirnya pada 15 Desember 1945  mundur meninggalkan daerah Ambarawa menuju kota Semarang. Akhirnya setelah empat hari melakukan serangan dan kemudian pada tanggal itu juga pertempuran berakhir. Pasukan TKR Republik Indonesia berhasil merebut daerah Ambarawa dari tangan Sekutu. Berakhirlah sejarah pertempuran yang berlangsung di Ambarawa.Sumber Referensi :

  • Buku “Indonesia Abad ke-20”. 1988 Drs. G. Moedjanto , M.A
  • wikipedia

Bagikan:

Leave a Comment