Provinsi Nangroe Aceh Darussalam atau Aceh sering dijuluki dengan sebutan “Tanah Rencong”. Tahukah Anda dari mana julukan ini berasal? Julukan “Tanah Rencong” berasal dari sebutan nama senjata tradisional Aceh yang sangat populer dan mempunyai desain unik, yang berjulukan Rencong atau Rentjong.
Senjata Tradisional Aceh
Ada 3 senjata tradisional Nangroe Aceh Darussalam yang cukup dikenal di kancah Nasional, yaitu Rencong, Siwah, dan Peudeung. Namun, di antara jenis senjata lainnya, rencong yaitu yang paling unik.
- Senjata tradisional rencong
Selain berfungsi sebagai senjata, bagi masyarakat orisinil Aceh, rencong juga dianggap sebagai simbol identitas diri. Keberanian, ketangguhan, dan harga diri masyarakat Aceh terejawantahkan dalam bentuk dan desain senjata jenis belati ini.
Menilik pada sejarahnya, rencong diketahui mulai dipakai semenjak zaman Kesultanan Aceh, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Ali Mughaya Syah. Di masa itu, rencong selalu diselipkan di pinggang sang Sultan Pertama itu, para Ulee Balang (bangsawan), dan masyarakat sebagai sarana untuk mempertahankan keselamatan diri.
Khusus untuk rencong kepunyaan Sultan Ali Mughaya Syah hingga sekarang masih sanggup kita temui di Museum Aceh sebagai salah satu koleksi dan pajangan. Rencong tersebut mempunyai pegangan dan serangka (sarung) yang terbuat dari emas atau gading. Sementara rencong yang biasa dipakai masyarakat umum biasanya dibentuk dari kayu atau tanduk kerbau.
Berdasarkan bentuknya, rencong sebagai senjata tradisional Aceh sanggup ditemukan dalam 4 jenis, yaitu rencong meucugek, rencong meupucok, rencong pudoi, dan rencong meukuree.
- Rencong meupucok yaitu rencong dengan gagang kecil di bab bawah dan membesar ke atasnya. Gagang rencong bab atas biasanya dibubuhi tabrakan emas dan ujungnya diberi hiasan dari gading gajah atau tanduk.
- Rencong meucugek yaitu rencong dengan gagang melengkung (hampir siku) ke arah mata rencong. Jenis rencong ini mempunyai bentuk demikian semoga memudahkan tangan pemegangnya dalam menggunakannya dikala melaksanakan pembelaan diri.
- Rencong meukuree yaitu rencong yang dilengkapi dengan tabrakan di bab matanya. Ukiran sanggup berbentuk bunga, lipan, daun, ular, atau ragam tanaman dan fauna lainnya.
- Rencong pudoi yaitu rencong biasa yang gagangnya tidak dilengkapi dengan variasi. Jenis rencong inilah yang banyak dipakai sebagai alat perlawanan rakyat Aceh dikala berperang melawan penjajahan Belanda.
- Senjata tradisional siwah
Selain rencong, Aceh juga mempunyai Siwah sebagai salah satu varian senjata tradisionalnya. Siwah bersama-sama mempunyai bentuk dan fungsi yang nyaris serupa dengan rencong. Bedanya, siwah berukuran lebih besar.
Di masa silam, siwah juga dipakai sebagai sarana kontribusi diri dan alat usaha melawan penjajahan Belanda. Namun, sanggup juga ditemui senjata ini sebagai perlengkapan pakaian para Ulee Balang. Siwah yang dipakai para darah biru tersebut biasanya dilengkapi dengan hiasan emas dan tahta permata pada sarung dan gagangnya. Berikut ini yaitu gambar siwah sebagai salah satu senjata tradisional Aceh yang sekarang cukup sulit ditemukan.
- Senjata tradisional peudeung
Senjata tradisional Aceh lainnya yaitu Peudeung atau Pedang Aceh. Senjata ini umumnya dipakai sebagai tambahan dalam pertarungan. Jika biasanya rencong digenggam di tangan kiri sebagai alat tikam (penusuk), peudeung digenggam di asisten sebagai alat pengalih perhatian sekaligus untuk pencincang dan pentetak badan lawan. Gambar di bawah ini yaitu gambar dari peudeung Aceh yang sanggup menjadi citra bentuk atau wujud senjata ini.
Berdasarkan bentuk gagangnya, peudeung aceh dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu peudeung tumpak jingki, ulee meu-apet, dan ulee tapak guda. Peudeung tumpang jingki mempunyai bentuk gagang mirip lisan yang terbuka, peudeung ulee meu apet mempunyai gagang yang terdapat penahan (apet) semoga tidak gampang lepas, sementara peudeung ulee tapak guda mempunyai gagang yang mirip telapak kuda.
Leave a Comment