Bahwa, Raden Bondan Kejawan selanjutnya menikah dengan Dewi Nawangsih dan dalam perkawinan tersebut melahirkan anak yaitu Ki Ageng Getas Pendawa yang menurunkan Ki Ageng Sela yang menurunkan Ki Ageng Enis selanjutnya menurunkan Ki Ageng Pemanahan.

Ki Ageng Pamanahan menikah dengan Nyai Ageng Sabinah yang kemudian menurunkan beberapa anak salah satunya Raden Santri dan Panembahan Senopati, dari Panembahan Senopati maka dari sinilah Dinasti Mataram bermula, dengan demikian maka Raden Santri adalah seorang yang mengalir darah bangsawan (darah biru) yang berujung pada Trah Rajasa (Ken Arok – Ken Dedes) pendiri dan penguasa kerajaan Singosari (1222 – 1229) yang selanjutnya diyakini anak turunnya melahirkan raja raja di Tanah Jawa khususnya.

Raden Santri meski seorang Bangsawan dan saudara kandungnya dari Panembahan Senopati Raja Mataram yang tentu saja memiliki keleluasaan, namun Raden Santri justru keluar dari lingkungan istana dan memilih hidup asketis sebagai seorang ulama yang istiqomah melakukan riyadloh serta gigih melakukan syiar Agama Islam.

Dikisahkan setelah menetap di Dusun Santren pada tahun 1600 M, Kyai Raden Santri sering menyepi untuk mujahadah di bukit Gunungpring, sehingga diyakini jika Kyai Raden Santri adalah ulama pertama yang menyebarkan agama di wilayah sekawan keblat gangsal pancer-nya yaitu gunung Merapi, gunung Merbabu, gunung Andong, gunung Sumbing, dan deretan pegunungan Menoreh di sepanjang Kali Progo.

Keturunan Kyai Raden Santri berturutan adalah Kyai Krapyak I, Kyai Krapyak II, Kyai Krapyak III, Kyai Harun, Kyai Abdullah Sajad, Kyai Gus Jogorekso, Raden Moch Anwar AS, Raden Qowaid Abdul Sajak, hingga Kyai Dalhar, dan termasuk Kyai Ahmad Abdulhaq. Dari anak keturunan Kyai Raden Santri inilah yang kemudian menjadi ulama penyebar dan menjadi tokoh agama Islam di wilayah Gunung Pring hingga saat ini, dalam hal perjuangan dakwah Ke Islaman maupun kebangsaan maka terlihat dari aktifitas dalam Pondok Pesantren Darussalam di Watucongol.

Gunung Pring merupakan salah satu daerah yang secara administratif masuk wilayah Desa Gunung Pring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang Jawa Tengah, sesuai dengan namanya Gunung berarti tanah dataran tinggi yang sekurang kurangnya adalah 500 mdpl (diatas permukaan laut) yang senyatanya adalah semacam bukit namun demikian bisa oleh masyarakat tertentu disebut dengan gunung. Pring berarti bambu yang senyatanya di area ini memang tumbuh banyak bambu yang merupakan variates lokal asli Nusantara, dengan demikian Gunung Pring adalah tanah dataran tinggi yang ditumbuhi banyak pohon bambu yang lebat.

Bagikan:

Leave a Comment