Terlepas dari hikmah keilmuan Agama yang komplek dengan kehalusan rasa maka “sanepo” atau Isim Isyarah (اِسْم إِشَارَة) yang dapat ditarik pengertian dan hikmah ketika bertabaruk dan berziarah ke makam Gunung Pring adalah letak makam yang berada di puncak dataran tinggi yang dikelilingi rimbunnya pohon bambu yang sekurang kurangnya hikmah itu yang pertama adalah keberadaan makam tersebut terletak puncak gunung Pring dengan ketinggian 500 mdpl yang barangkali artinya jika di makam tersebut adalah tempat peristirahatan para ulama sekaligus bangsawan yang luhur karena kesalehan, kealiman dan kedalaman ilmunya yang terkorelasi dengan ketinggian atau kemulyaan derajat dunia maupun akhirat yang secara duniawi maka peran seorang ulama adalah memberi kedamaian, kebaikan dan keseimbangn bagi alam semesta kemudian dalam perspektif nasab seorang Ksatria (bangsawan) maka dengan pola yang telah dilakukannya senyatanya telah berhasil membangun peradaban di tanah Jawa khususnya dan Nusantara pada umumnya sedangkan secara akhirot maka seseorang yang disebut ulama adalah orang yang tak dapat diragukan lagi tingkat ketaqwaanya kepada Allah SWT.

Pelajaran lain yang bisa didapat dari letak makam di tempat tinggi atau di atas puncak bukit/gunung adalah menunjukkan bentuk penghormatan atas derajat dan jasa besar orang yang dimakamkan tersebut selama hidup didunia, selain dari pada itu juga bagian bentuk kesinambungan antara tradisi yang mengandung unsur kepercayaan sambung Ruh, yang oleh orang orang terdahulu direfleksikan dengan pembangunan punden-punden berundak Megalitik

Pelajaran kedua ketika bisa menarik hikmah dengan menggunakan metodologi “sanepo” atau Isim Isyarah (اِسْم إِشَارَة) ketika berziaroh dimakan gunung Pring adalah keberadaan rimbunan pohon bambu alias Pring tersebut. Sebagai orang Indonesia maka tak asing dengan tanaman bambu yang merupakan salah satu tumbuhan serba guna ini meski saat ini banyak produk sintetis pabrikan lebih populer, namun bambu masih tetap tidak dapat terpisahkan dari kegiatan sehari-hari masyarakat di Indonesia. Salah satu keunggulan bambu sebagai tanaman konservasi lingkungan adalah kemampuannya dalam menjaga ekosistem air, karena sistem perakaran tanaman bambu sangat rapat, akar-akarnya menyebar ke segala arah, baik menyamping atau pun ke dalam sehingga lahan tanah yang ditumbuhi rumpun bambu biasanya menjadi sangat stabil, tidak mudah terkena erosi, oleh karena itu air juga lebih mudah menyerap ke dalam tanah yang ditumbuhi tanaman tersebut.

Bertolak dari hal tersebut diatas maka sebenarnya pesan yang dapat kita tarik hikmahnya adalah kita harus bisa seperti pohon pring (bambu) yang bisa memberi manfaat pada semua orang, memiliki akar keilmuan dan laku spiritual yang kuat seperti akar pohon bambu sehingga kita bisa memberikan keseimbangan dan kemanfaatan bagi kelestarian hidup dengan peradaban yang menjunjung tinggi Akhlaqul Karimah untuk mencapai Ridlo Allah SWT.

Wallahua’lam

Oleh : Sofyan Mohammad

Note :
* Diolah dari berbagai sumber primer dan sekunder.
* Sofyan Mohammad
Pernah nyantri dipesantren kilat sekarang hidup didesa.

Bagikan:

Leave a Comment