Letkol Ignatius Slamet Riyadi bukan sembarang tokoh militer. Dia telah terjun dalam berbagai palagan hingga diberi kepercayaan menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dalam usia 24 tahun.

Pahlawan dari Solo ini memang heroik. Dia memimpin Serangan Umum 10 Agustus 1945 di Solo, yang memaksa Belanda sepakat untuk menghentikan agresi militer.

Keberhasilan perwira jebolan pendidikan militer Jepang itu membuat namanya dihormati di Solo. Monumennya pun didirikan di sana, selain di Ambon, kota tempatnya gugur di medan juang.

Riyadi masuk dalam Operasi Senopati, menumpas pemberontakan RMS di kawasan timur Indonesia. Militer Indonesia sejatinya telah berhasil menguasai wilayah pemberontak yang dibantu pasukan militer kerajaan Belanda itu.

Namun tanpa disangka, RMS menyerbu pos pertahanan TNI untuk keluar dari kepungan TNI. Slamet Riyadi memimpin dua grup pasukan untuk merebut Kota Ambon dan berhasil memukul mundur 2.000 pasukan RMS di Waitatiri.

Lagi-lagi RMS melakukan serangan mendadak, pada pagi hari. Mereka menyamar menjadi pasukan TNI dan mengibarkan bendera merah putih untuk mengacaukan konsenterasi prajurit Senopati yang baru tiba dan dipimpin Achmad Wiranatakusumah.

Pertempuran kali ini berlangsung sengit, berlangsung hingga malam hari dan memakan banyak korban jiwa. Melihat kondisi itu, Letkol Slamet Riyadi, meresponsnya pada pagi hari dengan memimpin pasukan tanggal 4 November 1950.

Riyadi meyakini, RMS menggunakan strategi serangan dengan memanfaatkan kelelahan prajurit. Riyadi memilih untuk melakukan penyerangan dan berada pada barisan paling depan.

Peristiwa naas terjadi, tubuh mungil Riyadi terkena tembak di depan benteng Victoria. Namun dia memilih tetap di medan pertempuran dan memberi pengarahan kepada pasukan.

Meskipun sudah diberikan pertolongan, pada pukul 21.15 tanggal 4 November 1950, Letkol Ignatius Slamet Riyadi dinyatakan gugur dalam peperangan. Semangat juang Riyadi masih terlihat pada saat-saat sakratul maut.

“Mari, mari, kita terus masuk benteng! Mari, mari, maju,” kata Riyadi. Seketika pula nyawanya tak tertolong.

Riyadi mendapat penghormatan negara dengan memakamkannya di kebun kelapa Pantai Tulehu, Pulau Ambon bagian timur 5 November 1950. Setelah kondisi keamanan pulih, jazadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Ambon.

Riyadi berwasiat, jika gugur di medan juang, dia ingin dimakamkan di atas tanah tempatnya gugur. Pada November 2007, pemerintah menganugerahkan Letkol Slamet Riyadi sebagai pahlawan nasional.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment