Lensa Budaya ~ Meski zaman terus berubah, yang namanya akhlak dan warisan sejarah Indonesia harus terus dilestarikan. Itulah salah satu bentuk cinta kita kepada bangsa dan negara ini. Jangan hingga hilang atau di klaim oleh negara lain. Alat musik tradisional Indonesia yang ada tidak ternilai harganya kalau dibandingkan dengan sekedar materi. Oleh alasannya itu, rakyat Indonesia dari seluruh penjuru kawasan harus sadar dengan semua itu, tanpa terkecuali.
Sumatera Barat yaitu kawasan yang dipenuhi dengan daya tarik wisatawan dari banyak sekali daerah, termasuk manca negara. Banyak objek wisata usang dan gres terus disosialisasikan guna meningkatkan industri wisata kawasan setempat. Dampak posistif lainnya, pemasukan kawasan semakin meroket dan menyumbang indeks ekonomi untuk pemerintahan pusat.
Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota ini lebih banyak didominasi berpenduduk etnis Minangkabau. Dalam urusan Seni dan Budaya, Provinsi Sumatera Utara sangat kaya akan seni dan budaya daerah. Salah satunya yaitu Seni Musik.
Alat musik tradisional Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh Nuansa Minangkabau. Hal ini disebabkan lantaran nuansa musik minang sangat lezat didengarkan walaupun diracik dengan alat musik modern ketika ini. Sehingga alat musik tradisional Sumatera Barat tampaknya akan terus terjaga walaupun muncul banyak sekali teknologi alat musik modern.
Berikut macam-macam alat musik Tradisional Sumatera Barat
Yang pertama yaitu Talempong. Alat musik ini tersusun atas beberapa gong kecil dengan ukuran bermacam-macam yang menghasilkan nada-nada melodis ketika dipukul. Talempong di Jawa disebut dengan nama bonang. Bahan pembuatannya yaitu dari besi atau kuningan. Biasanya beliau dimainkan bersama alat musik tradisional Sumatera Barat lainnya dakan satu pertunjukan program adat.
Bansi yaitu suling khas suku Minang yang terbuat dari bambu dengan 7 buah lubang nada di kepingan sisinya. Bansi termasuk jenis alat musik aerophon lantaran membutuhkan udara atau tiupan untuk menghasilkan irama. Dibandingkan alat musik tiup lainnya di nusantara, Bansi khas Minang cenderung lebih gampang dimainkan.
Ukuran Bansi yaitu sekitar 33,5 – 36 cm dengan garis tengah antara 2,5 – 3 cm. Bansi juga terbuat dari talang (bambu tipis) atau sariak (sejenis bambu kecil yang tipis).
Alat musik ini agak sulit memainkan, selain panjang yang susah terjangkau jari, juga cara meniupnya susah.Bansi dapat memainkan lagu-lagu tradisional maupun modern lantaran mempunyai nada standar. Dengan mempunyai nada standar, maka Bansi sanggup digunakan untuk mengalunkan lagu-lagu kawasan maupun lagu nasional dengan alunan bunyinya yang indah.Jika dilihat dari tingkat kesulitan, maka Bansi lebih gampang dimainkan ketimbang Saluang. Karena memainkan Saluang butuh latihan pernafasan yang cukup.
- Alat Musik Gendang Tabuik
Gendang tabuik dikenal dalam budaya masyarakat Bengkulu dan Sumatera Barat sebagai alat musik sakral yang hanya dimainkan dalam perayaan hari peringatan janjkematian cucu Nabi Muhammad, yaitu Hasan dan Husein. Gendang Tabuik yaitu homogen gendang berukuran besar yang bentuknya sanggup dilihat mirip pada gambar di bawah ini.
Serunai sering dimainkan sebagai hiburan masyarakat Minang sesudah lelah bekerja seharian di ladang dan sawahnya. Dengan corong besar di kepingan ujungnya, instrumen ini menghasilkan bunyi melengking yang merdu. Pada perkembangannya, serunai Minang juga dimainkan dalam pelbagai upacara akhlak mirip upacara pesta panen, upacara awal tanam padi, dan sebagai musik pengiring latihan dan pertandingan silat.
- Alat Musik Pupuik Tanduak
Sesuai namanya, alat musik tradisional Sumatera Barat ini dibentuk dari materi tanduk kerbau. Ia dimainkan dengan cara ditiup. Dulunya hanya digunakan sebagai sarana atau alat pemberi isyarat pada warga kampung. Semakin keras ditiup, bunyinya akan semakin melingking memekik telinga.
Alat musik ini dibentuk dari tanduk kerbau (hoorn), dan kepingan ujung dipotong datar untuk meniup. Bentuknya mengkilat dan hitam bersih. Tidak berfungsi sebagai alat pengiring nyanyi atau tari, jadi sebagai peluit, tanpa lubang, sehingga hanya nada tunggal. Dahulu digunakan untuk isyarat pada masyarakat contohnya pemberitahuan ketika subuh dan magrib atau ada pengumuman dari pemuka kampung.
Dahulu tanduk digunakan oleh kapal layar besar sebagai tanda atau komando kepada awak kapal, sedangkan orang Arab pakai bedug dan orang Eropa pakai lonceng maupun tanduk, dan dulu kereta api uap pakai lonceng kalau lewat keramaian.
Rebab Minang bersumber dari budaya Melayu. Alat musik gesek ini dimainkan untuk mengiringi cerita-cerita atau petuah-petuah yang disampaikan orang renta kepada anaknya. Dengan iringan rabab, pesan yang terdapat dalam dongeng akan semakin gampang diingat. Merupakan homogen alat musik gesek yang biasa digunakan untuk mengiringi tradisi dongeng yang disebut dongeng nagari, dimana bunyi alat musik ini digunakan untuk menawarkan suasana pada jalan dongeng yang disampaikan.
Tambua atau tambur yaitu gendang besar yang membrannya terbuat dari kulit kambing. Tambua tidak dimainkan oleh orang tunggal, melainkan secara berkelompol. Saat perayaan panen atau upacara akhlak lainnya, satu kelompok cowok yang terdiri dari 6 orang akan menabuh tambua secara bersama-sama dalam satu irama.
- Alat Musik Pupuik Batang Padi
Pupuik Batang Padi bahu-membahu yaitu alat musik yang sekedar dimainkan dalam keadaan longgar, ketika petani Minang istirahat dari pekerjaannya memanen padi. Pada ujung ruas batang dibentuk lidah, kalau ditiup akan menghasilkan celah, sehingga menyebabkan bunyi. Sedangkan pada ujungnya dililit dengan daun kelapa yang mirip terompet. Bunyinya melengking dan nada dihasilkan melalui permainan jari pada lilitan daun kelapa.
Suaranya yang nyaring melengking menjadi pengiring wajib untuk mengiringi banyak sekali upacara akhlak termasuk upacara panen.Sekarang pada menjelang tahun gres ada terompet tahun gres yang mirip dengan alat musik ini, bedanya kini menggunakan plastik dan corong menggunakan karton, dan diberi warna warni emas.
Leave a Comment