Seorang perempuan ningrat dan terpelajar bernama Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani alias Gusti Nurul, tercatat dalam sejarah sebagai orang yang berani menolak cinta Soekarno, Sjahrir, dan bangsawan Jawa lainnya.

Sebelum lebih jauh membahas kisah kandasnya cinta pembesar Republik Indonesia, perlu diketahui, Gusti Nurul adalah orang Indonesia yang wajahnya pernah masuk majalah legendaris Life, terbitan Amerika Serikat, pada 25 Januari 1937.

Gusti Nurul memang berparas ayu, namun bukan itu saja yang membuat orang seperti Bung Karno jatuh hati. Menurut Martha Tilaar dalam Kecantikan Perempuan Timur (1999), Gusti Nurul adalah pakar dalam pengetahuan kosmetik tradisional dan jamu. Martha Tilaar bahkan sempat belajar padanya. Soal jamu dan kosmetik itu tampaknya dipelajari Gusti Nurul sejak muda. Tak heran jika ia terkenal. Tak hanya tariannya, tapi juga parasnya yang elok.

Baca: Gusti Nurul, Wanita yang Menolak Lamaran Presiden Soekarno, Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Nurul adalah hasil cinta dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro VII, dari permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu Timoer. Ia adalah seorang anak tunggal, perempuan ningrat, dan terpelajar.

Gusti Nurul tahu jika Sultan HB IX sudah punya istri. Itu alasannya untuk menolak pinangan dari Sultan HB IX. Pantang baginya, seorang perempuan berpendidikan tinggi di zaman kolonial, dimadu seperti Kartini.

Selain Sultan HB IX, Beberapa pangeran dari Keraton Surakarta juga jatuh hati. Seperti Kolonel Gusti Pangeran Haryo Djatikusumo—Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pertama. Mereka yang jatuh hati pada Gusti Nurul memang banyak yang sudah beristri.

“Aku tak bisa menerima cinta mereka. Penyebabnya hanya satu, aku tak mau dimadu,” aku Gusti Nurul dalam memoarnya.

Mengandaskan cinta pembesar republik

Gusti Nurul juga disukai Presiden Sukarno. Hal itu ia terangkan dalam memoarnya. “Menurut kabar beberapa orang, Bung Karno pun menaruh simpati padaku. Namun aku sendiri tak pernah mendengar pernyataan ungkapan isi hati Bung Karno. Tapi, saya mendengar dari Bu Hartini, istrinya. Menurutku, Bung Karno hanya sebatas mengagumi saja,” lanjut Gusti Nurul.

Suatu waktu, Gusti Nurul bersama ibunya pernah diundang ke Istana Cipanas. Di istana, Gusti Nurul dilukis pelukis Basuki Abdullah karena permintaan Sukarno. Setelah Gusti Nurul menikah dengan Surjosurarso, Bung Karno sering bilang: “Wah, aku kalah cepat dengan suamimu.”

“Setiap rapat kabinet digelar di Yogyakarta, ia selalu mengutus sekretaris pertamanya, Siti Zoebaidah Oesman, ke Pura Mangkunegaran untuk khusus mengantar hadiah yang dibelinya di Jakarta. Bersamanya juga terlampir sepucuk surat tulisan tangan Sutan Sjahrir,” aku Gusti Nurul. Hadiah dari Sjahrir itu biasanya sutra, tas, atau jam tangan. Gusti Nurul rajin membalas surat dari Sjahrir.

Baca: Sembilan Istri Soekarno, Tujuh Diantaranya Diceraikan, Simak Kisah Cintanya

Meski tampak jatuh hati, Sutan Sjahrir tak pernah menyambangi Gusti Nurul ke Pura Mangkunegaran. Meski begitu, ia pernah mengundang Gusti Nurul berserta ibu dan kakaknya ke Linggarjati. Mereka menginap di rumah tempat berlangsungnya Perundingan Linggarjati.

“Mas Jarso tahu tentang pria-pria yang menaksirku,” aku Gusti Nurul.

Menikah

Pada Rabu, 24 Maret 1954, Gusti Nurul menikah dengan Raden Mas Sujarso Surjosurarso. Jarso bukan pejabat dan bangsawan, melainkan tentara yang bukan perwira militer sembarangan.

Sebagai lulusan Akademi Militer Kerajaan Belanda di Breda, seperti ditulis Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia Perwira TNI-AD (1989), Jarso pernah beberapa tahun berdinas di tentara kerajaan Belanda. Dia pernah ditempatkan di Proef Batalion Vechtwagens di Bandung dan selanjutnya pindah lagi ke Batalion Infanteri di Bogor.

Setelah menikah dengan perwira ber-NRP 13751 itu, Gusti Nurul tak lagi tinggal di Pura Mangkunegaran. Dia ikut suaminya ke mana pun berdinas. Bahkan ketika Jarso jadi Atase Militer di Washington DC.

Meninggal

Pada tanggal 10 November 2015, pukul 08:00 WIB, Gusti Nurul berpulang ke ribaan Tuhan. Ia mengembuskan nafas terakhirnya di RS. Boromeus, Bandung, setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit yang sama selama 2 minggu.

Di usia 94 tahun, Gusti Noeroel tutup usia dikarenakan sakit diabetes yang dideritanya. Gusti Noeroel meninggalkan 7 orang anak dan 14 orang cucu dari pernikahannya dengan Soerjo Soejarso. Ketujuh orang anaknya adalah Sularso Basarah, Parimita Wiyarti, Aji Pamoso, Heruma Wiyarti, Rasika Wiyarti, Wimaya wiyarti, dan Bambang Atas Aji. Nama terakhir merupakan anak angkat Gusti Nurul.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment