.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }
Suku Dayak Ngaju adalah suku mayoritas para penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah dengan total sekitar 46,62% dari total populasinya. Suku Dayak Ngaju memang dikenal sebagai suku asli dari provinsi ini, oleh karena itu di setiap kebudayaan dari suku Dayak Ngaju dianggap sebagai perwakilan dari bagaimana masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah di dalam bertahan hidup.
Salah satu kebudayaan dan peradaban dari suku Dayak Ngaju yang menjadi perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah yaitu pakaian adatnya. Nama pakaian adat suku Dayak Ngaju yang diresmikan sebagai pakaian adat Provinsi Kalimantan Tengah adalah baju sangkarut. Nah seperti apakah pakaian adat tersebut? Berikut ini penjelasannya.
Baju Sangkarut
Baju sangkarut merupakan pakaian rompi yang selalu dipakai ketika berperang atau pada saat upacara adat pernikahan. Kata sangka dalam pakaian adat ini artinya adalah pembatas dan mempunyai filosofi bahwa baju ini bisa membatasi dan menangkal setiap gangguan para roh halus yang akan datang pada tubuh para pemakainya.
Baju sangkarut ini terbuat dari kulit nyamu atau kulit lemba. Kulit yang berasal dari tumbuhan pinang puyuh ini memang banyak ditemukan di ekosistem hutan hujan tropis seperti halnya di hutan Kalimantan. Kulit nyamu mempunyai struktur yang keras dan seratnya yang cukup banyak sehingga bisa dirajut dan dibentuk seperti rompi. Selain menggunakan bahan tersebut, pakaian adat Provinsi Kalimantan Tengah ini juga bisa terbuat dari bahan daun nenas dan serat tengang.
Hiasan Rompi Sangkarut
Rompi sangkarut biasanya akan dihiasi dengan lukisan dari cat alami atau dari berbagai macam hiasan, seperti tempelan kulit trenggiling, kancing, uang logam, kancing, manik-manik, atau benda-benda lainnya yang dipercaya memiliki kekuatan magis (azimat).
Rompi sangkarut akan dipakai bersama dengan bawahan berupa cawat dan berbagai macam kelengkapan perang lainnya, seperti senjata tradisional mandau, tombak, dan perisai. Berbagai macam jenis kalung dari tulang hewan atau logam juga dipakai oleh pemakai pakaian adat Provinsi Kalimantan Selatan ini. Keberadaan rompi sangkarut sekarang ini sudah semakin sedikit. Masyarakat suku dayak ngaju yang mulai mengenal ilmu tekstil sudah beralih ke jenis pakaian lainnya yang lebih nyaman dipakai.
Pakaian Adat Provinsi Kalimantan Tengah Lainnya
Selain rompi sangkarut, suku Dayak Ngaju sebenarnya mempunyai berbagai macam jenis pakaian adat lainnya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Baju Upak Nyamu
Baju ini adalah baju yang dibuat dari bahan yang sama dengan bahan pembuatan rompi sangkarut, yaitu dari kulit kayu nyamu. Pemakainya juga akan memakai ewah atau cawat yang menutupi bagian kem@luannya. Yang membedakan, baju nyamu ini adalah tidak dihiasi dengan berbagai lukisan atau tempelan. Baju ini hanya berupa rompi polos tanpa lengan.
2. Baju Pawang
Sesuai dengan namanya, baju pawang ini hanya dipakai oleh para dukun atau ulama di dalam kepercayaan Kaharingan ketika memanjatkan doa. Dalam kepercayaan asli suku Dayak tersebut, sang dukun dipercaya bisa membantu melindungi diri dari roh jahat, mendatangkan hujan, dan mengobati orang sakit. Baju pawang ini dibuat dari serat kayu serta dilengkapi dengan umbai-umbaian atau manik-manik yang berfungsi sebagai penghias.
3. Baju Tenunan
Masuknya beberapa suku bangsa lain, seperti halnya suku Mandar atau Melayu membuat masyarakat suku dayak di Provinsi Kalimantan Tengah di masa lampau mengenal seni menenun. Mereka mulai belajar menenun kain yang terbuat dari bahan serat alami seperti serat nyamu, serat nenas, dan serat tumbuhan lainnya. Kain tenunan ini biasanya dilengkapi dengan motif-motif khusus yang sangat unik, seperti motif flora, fauna, motif alam, motif segitiga, dan lain sebagainya. Namun, baju tenunan tersebut saat ini telah punah.
4. Baju dari Anyaman Tikar
Ada juga jenis baju yang terbuat dari anyaman tikar. Baju yang tidak diketahui namanya ini dibuat dengan cara menganyam tikar, lengkap dihiasi berbagai ukiran kayu, tulang, atau kerang. Baju ini dipercaya sebagai baju khas dalam berperang.
5. Baju Berantai
Penelitian terbaru menemukan bahwa suku Dayak Ngaju di dalam perkembangannya juga mengenal baju zirah. Baju khusus digunakan untuk berperang ini terbuat dari untaian besi. Diperkirakan, adanya baju satu ini dikarenakan oleh pengaruh kebudayaan luar, terutama dari kebudayaan suku Moro Filiphina.
Leave a Comment