Kata Majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) dasar yang pada akhirnya memiliki makna baru. Bentuk kata ini akan dengan mudah teman-teman temukan dalam pelajaran Bahasa Indonesia selain kalimat majemuk kalimat majemuk. Namun, teman-teman harus jeli untuk membedakannya dengan frasa sebab keduanya berbeda jenis.
Dalam kasus penggabungan kata dengan bentuk frasa, teman-teman akan menyadari bahwa kata yang satu merupakan inti, sedangkan kata yang lain menjelaskan ataupun menerangkan kata intinya. Tiap morfem dasar yang membentuknya berkedudukan sama. Tidak ada morfem yang bersifat menjelaskan atau dijelaskan. Alhasil, di sini kalian akan menemukan makna baru dari gabungan dua kata dasar, yang mungkin saja artinya jauh berbeda dengan makna per katanya.
Ciri-ciri Kata Majemuk
Agar tidak bingung untuk membedakannya, ada baiknya teman-teman mengetahui ciri-ciri sebuah kata majemuk, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak Bisa Disisipi
Untuk mengetahui sebuah gabungan kata adalah jenis kata majemuk atau hanya frasa, kalian dapat mengetesnya dengan memberikan sisipan di antara dua kata dasar pembentuknya. Umumnya, sisipannya berupa preposisi atau kata depan. Jika gabungan kata tersebut dapat disisipi, berarti ia hanyalah bentuk frasa. Namun jika ketika disisipi maka artinya berubah, berarti ia dapat dikategorikan sebagai kata majemuk.
Contoh: “kacamata” tidak dapat diganti menjadi “kaca dari mata” ataupun “kaca pada mata”. Sementara itu sakit mata dapat disisipi penulisannya menjad “sakit di mata” atau “sakit pada mata”.
2. Tidak Dapat Diperluas
Perluasan sebuah kata dapat terjadi dengan pemberian afiks (imbuhan). Khusus untuk kata majemuk, perluasan tidak bisa diberikan pada satu kata saja, namun harus mencakup kedua kata pembentuknya. Hal ini berbeda dengan frasa yang salah satu katanya bisa diperluas dengan pembubuhan afiks.
Contoh: “kereta api” tidak dapat diperluas menjadi perkereta api atau kereta apian. Namun, harus memakai imbuhan awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang membentuknya. Maka, kereta api baru dapat diperluas menjadi perkeretaapian.
3. Posisi Tidak Dapat Ditukar
Kata-kata yang membentuk sebuah kata majemuk bersifat tetap. Jadi, kalian tidak dapat menukarkan posisi antarkatanya, sebab jika dipertukarkan, maknanya akan hilang atau berubah total.
Contoh: “angkat kaki” memiliki makna ‘pergi’. Namun jika posisi kata-kata dasar yang membentuknya di balik, menjadi kaki angkat, maknanya menjadi hilang dan tidak jelas.
Penulisan
Dalam bahasa Inggris, penulisan kata majemuk sudah pasti digabung antar-unsurnya. Akan tetapi, di bahasa Indonesia, masih ada yang tiap unsurnya ditulis terpisah dan ada yang digabung. Jika penulisan tiap unsurnya terpisah, maka bentuknya disebut tidak senyawa. Sementara itu, yang rangkaian morfem dasarnya digabung disebut sebagai kata majemuk senyawa.
Contoh:
Majemuk Senyawa : matahari, kacamata, saputangan, dukacita, sukacita, segitiga
Majemuk Tidak Senyawa : kereta api, rumah sakit, mata kaki, harga diri
Makna
Selain dari segi penulisannya, kita juga dapat membedakannya berdasarkan maknanya. Berikut ini pengklasifikasian berdasarkan maknanya:
1. Idiom
Sebuah kata majemuk dapat digolongkan menjadi idiom apabila tidak ada lagi makna salah satu kata dasar yang mengarah pada makna baru kata tersebut. Hemat kata, yang berupa idiom adalah kata bermakna baru yang artinya melenceng dari makna kata-kata dasar yang membentuknya.
Contoh: harga diri dan matahari
2. Semi-idiom
Pada jenis yang satu ini, kalian masih bisa menemukan makna asli dari satu kata dasar yang membentuknya. Namun, makna tersebut mengalami pergeseran sehingga artinya agak berubah.
Contoh kata majemuk: rumah sakit dan buku tulis
Kontributor
Teodora Nirmala Fau
Alumnus Program Studi Bahasa Indonesia UI
Materi StudioBelajar.com lainnya:
Leave a Comment