Siapa menyangka dari debu padang pasir yang kering di Mongolia muncul pasukan dahsyat menggulung nyaris hampir seluruh dunia. Didirikan Jenghis Khan pada tahun 1206, Kekaisaran Mongolia menyatukan seluruh Eurasia menjadi sebuah pemerintahan yang terpusat.

Di bawah kepemimpinan Ogadai Khan anak ketiga Jenghis Khan, pasukan Mongol melibas hampir seluruh Kievan Rus, Polandia hingga Hungaria. Di Eropa Barat, para jenderalnya membantai tanpa sisa pasukan Kekaisaran Suci Romawi pimpinan Henry Pious II dari Silesia dalam Perang Leignitz di Polandia, 9 April 1241.

Kekalahan di Leignitz itu membuat Eropa Barat berada di ujung tanduk karena nasibnya benar-benar ditentukan belas kasihan para penyerbu itu. Sejarah Eropa dengan histeris mencatat kekejaman dan teror yang ditebar tentara Mongol.

Utusan Paus kepada Khan Agung di Mongol, Giovanni da Pian del Carpine ketika melintasi Kiev 1246 menulis kekacauan yang ditimbulkan pasukan itu ketika mengepung Kiev, ibu kota Rus.

“Ketika kami melakukan perjalanan melalui tanah itu kami menemukan tengkorak dan tulang yang tak terhitung jumlahnya dari orang mati yang tergeletak di tanah,” tulis del Carpine.

Belakangan, tepat ketika sejengkal kemudian menjejakkan kaki di Eropa Barat pasukan itu tiba-tiba berhenti. Pendapat umum menyebut kematian Ogadai menjadi penyelamat Eropa dari kebinasaan.

Sepeninggal Ogadai, wilayah kekuasaan Mongol yang hampir mencakup tiga perempat dunia itu masing-masing dikuasai keturunan Jenghis Khan, Batu Khan berkuasa di Rusia dan Kaukasus, Chagatai Khan di Turkistan, Hulagu di Persia dan Kubilai Khan di timur Asia.

Melanjutkan ekspansi Ogadai, Hulagu menyerbu Baghdad dan membuat kota itu rata dengan tanah sementara Batu melanjutkan perang di Eropa. Di timur tak hanya mengklaim sebagai Kaisar Mongol, Kubilai Khan juga mentasbihkan dirinya sebagai Kaisar Cina dengan mendirikan Dinasti Yuan. Ia juga memindahkan ibu kota dari Mongol ke Khan balik di Beijing.

Baca: Ketika Tentara Super Power Mongol dikalahkan Pasukan Semut Raden Wijaya di Jawa

Setelah menghancurkan sisa-sisa Dinasti Song di Selatan Cina, Kubilai Khan meluaskan kekuasaan Dinasti Yuan dengan menyerbu Jepang dan Korea.

Sukses menguasai Asia Timur, perhatian Kubilai Khan diarahkan ke Asia Tenggara untuk menjamin rute laut yang membentang dari India hingga Mediterania. Ia mulai mengirim utusan pada puluhan kerajaan kecil untuk menarik upeti tahunan atau mereka menghadapi penyerbuan.

Kerajaan Champa adalah negara pertama di Asia Tenggara yang diserbu Mongol. Menyadari kekuatan para penyerbu, Champa memilih taktik gerilya dan memaksa tentara Mongol bertempur di hutan-hutan. Untuk sementara Champa selamat.

Gagal di Champa, Kubilai Khan mengarahkan pasukannya ke Annam pada tahun 1285. Hanya setelah gelombang kedua pasukan Mongol tiba tahun 1287, Hanoi yang menjadi ibu kota Annam berhasil dihancurkan.

Penyerbuan serupa diulangnya tahun 1288 yang memaksa Raja Annam setuju mengirim upeti. Nasib serupa juga menimpa kerajaan Burma yang segera lumat oleh Mongol, juga Kerajaan Champa di kemudian hari.

Menyerbu Jawa

Terus ke selatan, pengaruh Mongol seketika pudar karena Singasari di bawah Kertanagara tegak tak tergoyahkan mengangkangi dwipantara. Ia terang-terangan menantang klaim Mongol sebagai bangsa tak terkalahkan.

Menurut naskah Yuan Shi yang berisi sejarah Dinasti Yuan, Kubilai Khan pada bulan kedua 1292 memerintahkan Gubernur Fukien, Jiangxi dan Huguang untuk mengumpulkan 20.000-30.000 tentara dipimpin Shi Bi, Ike Mese, dan Gao Xing.

Sebelum berangkat, mereka bertemu Kubilai Khan dan dijelaskan bahwa mereka diperintah menyerbu Jawa karena utusan khususnya terdahulu yakni Meng Ki dilukai wajahnya oleh Kertanegara yang disebutnya sebagai barbar.

Sebutan serupa juga digunakan Kertanagara menyebut Kubilai Khan.

Armada itu berangkat dari Quanzhou di selatan Cina dan menyusuri pesisir Dai Viet dan Champa menuju Jawa. Negara-negara kecil sepanjang pesisir Malaya dan Sumatra langsung menyerah dan menyatakan tunduk.

Tak hanya membawa prajurit, armada perang itu juga mengangku 40.000 batang perak, 10 lencana harimau, 40 batang emas, 100 lencana perak dan 100 gulung sutra. Itu penghargaan yang bakal diberikan kepada para prajurit yang berjasa dalam perang.

Diketahui, armada juga sempat berhenti di Pulau Belitung pada Januari 1293 dan tiba di Pelabuhan Tuban tanggal 1 Maret 1293. Dari Tuban, pasukan itu merangsek ke Jawa Timur namun menemui Jawa penuh kehancuran akibat perang.

Singasari jauh hari sudah dihancurkan Jayakatwang dari Kadiri, dan Kertanagara mangkat setahun sebelumnya.

Tak tahu mesti melakukan apa, tentara Kubilai Khan disiasati Wijaya untuk membantunya memberontak melawan Kediri. Setelah mengalahkan Jayakatwang, tentara Tartar yang lengah dan berpesta di Daha dan Canggu diserbu Wijaya pada 19 April 1293. Sedikitnya 3.000 tentara Cina dibantai tak berdaya.

Terpengaruh iklim tropis yang panas yang lembap dan diburu-buru habisnya angin muson, Ike Mese memutuskan menggulung layar dan tergesa pulang ke Cina.

Armada ekpedisi itu angkat sauh dari Jawa tanggal 24 April 1293 dengan mengangkut 100 orang tawanan, peta, daftar penduduk, surat bertulis emas dari Bali, dan beberapa barang berharga lainnya yang bernilai 500.000 tahil perak.

Di atas kapal mereka juga sempat menghukum mati Jayakatwang dan putranya Ardharaja.

Alih-alih menuai pujian, Kubilai Khan marah besar mendengar kekalahan itu. Menurut Jhon Man, sejarawan Inggris dalam Kublai Khan: The Mongol king who remade China menulis kegagalan itu dibayar mahal para panglima-panglima itu.

Kubilai Khan menghukum Shi-bi dan Ike Mese dengan 70 cambukan serta sepertiga harta kekayaannya dirampas. Sumber lain menyebut mereka dihukum mati karena dinilai gagal menjalankan tugas.

Di antara mereka hanya Gao Xing luput dari hukuman. Ia justru dikaruniai 50 tail emas atas jasanya melindungi pasukan Tartar dari kehancuran total.

Kegagalan penyerbuan ke Jawa itu sekaligus menjadi ekspedisi militer terakhir Kubilai Khan. Sementara Majapahit justru tampil menggantikan Singasari menjadi negara terkuat di Nusantara.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment