Sejarah dan Perkembangan Batik Pekalongan di Jawa Tengah Sejarah dan Perkembangan Batik Pekalongan di Jawa Tengah

Batik merupakan seni melukis yang dituangkan di atas permukaan kain. Kain-kain yang digambar pun beraneka motif dengan ciri khasnya masing-masing yang kemudian dikreasikan ke dalam berbagai rupa dan juga fungsi, serta dipakai oleh masyarakat. Motif yang muncul terhadap kain ini dibuat dengan cara dilukis dengan memakai canting dengan teknik pewarnaan yang memakai bahan alami.

Batik sudah lama hadir di Indonesia sejak dahulu kala. Tanpa disadar, tradisi ini sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Selain itu, batik juga dijadikan sebagai perlambang busana dari masyarakat didalam negeri. Tidak mengherankan, bila batik menjadi salah satu koleksi busana untuk acara resmi.

Dari sekian banyaknya jenis batik yang ada di Indonesia saat ini, Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu sentranya batik sekaligus juga sebagai surganya kota batik. Hampir seluruh dikawasan yang ada di Provinsi Jawa Tengah memproduksi batik dengan ciri khasnya masing-masing dan tentunya berbeda disetiap daerahnya.

Pilihan batik yang ada di Indonesia pun saat sangat beraneka ragam, mulai itu dari jenis tulis sampai cap. Tetapi, tentunya batik yang dikerjakan secara manual atau tulis jauh lebih unggul dibandingkan yang jenis batik lainnya. Nilai estetikanya yang jauh lebih terlihat serta kualitasnya yang sangat tinggi, membuat batik jenis ini sangat awet dan juga tidak mudah luntur sebab dibuat menggunakan pewarna alami, yakni malam

Tidak kalah dengan di D.I.Yogyakarta dan Solo, Pekalongan di Provinsi Jawa Tengah pun saat ini menjadi salah satu produsen batik yang sudah sangat terkenal. Bahkan kota Pekalongan yang mempunyai julukan “kota batik Pekalongan”, sampai masuk ke dalam jaringan kota kreatif oleh UNESCO, yaitu “crafts & folk art” diakhir tahun 2014 dan memiliki city branding, yakni “World’s city of Batik”.

Sesuai dengan sebutannya, batik Pekalongan sendiri merupakan salah satu jenis batik Indonesia yang dibuat oleh para pengrajin di Pekalongan. Para perajinnya pun banyak tinggal di wilayah pesisir utara dipulau Jawa. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kebudayaan dari masyarakat sekitar, dimana mereka selalu berubah-ubah serta saling tiru meniru sehingga menimbulkan kreativitas dari para perajin untuk selalu membuat berbagai macam motif batik pekalongan baru.

Batik pekalongan kemudian menjadi lebih berkembang sesudah Eliza Van Zuylen, yakni pengusaha batik Belanda membangun sebuah workshop di wilayah tersebut. Berdasarkan arahannya, berbagai macam motif batik Pekalongan yang baru berhasil di ciptakan kemudian langsung dijual ke pengusaha dari batik Belanda tersebut. Eliza Van Zuylen sendiri merupakan salah satu dari sekian orang yang mempunyai peran besar di dalam kemunculan motif-motif baru yang berasal dari batik Pekalongan. Melalui campur tangan pengusaha inilah yamg membuat batik Pekalongan dapat menembus pasar Eropa, dimana para bangsawan Eropa lah yang menjadi para pembeli batik Eliza Van Zuylen.

Batik Pekalongan menjadi sangat khas sebab bertopang sepenuhnya kepada para pengusaha kecil dan bukan kepada segelintir pengusaha dengan modal besar. Sejak berpuluh tahun silam sampai saat ini, sebagian besar proses produksinya banyak dikerjakan di rumah-rumah. Sehingga, batik Pekalongan sudah menyatu sangat erat dengan kehidupan masyarakat di Pekalongan.

Seiring dengan berjalannya waktu, Batik Pekalongan kemudian mengalami perkembangan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia. Di daerah ini batik berkembang sangat pesat disekitar daerah pantai, yakni di daerah Pekalongan kota dan di daerah Buaran, Wonopringgo, serta Pekajangan. Perjumpaan masyarakat asli Pekalongan dengan berbagai macam bangsa dari luar negeri, seperti Tiongkok, Arab, Belanda, Melayu, Asia, dan Jepang dimasa lalu dapat mewarnai dinamika terhadap desain, pola, dan tata warna seni batik di Pekalongan itu sendiri.

Oleh sebab itulah, berbagai macam jenis pola batik hasil percampuran kebudayaan dengan negara-negara tersebut yang lalu dikenal sebagai identitas batik pekalongan, Misalnya batik Jlamprang yang merupakan hasil percampuran dengan Negeri Asia dan Arab, batik Encim dan Klengenan hasil percampuran dengan peranakan Tiongkok, batik Pagi Uncomfortable, batik Belanda, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat sejak pendudukan Negara Jepang.

Perkembangan kebudayaan teknik cetak batik tutup celup dengan memakai malam atau lilin diatas permukaan kain yang kemudian disebut dengan batik, memang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh beberapa negara tersebut. Hal ini memperlihatkan konteks kelenturan terhadap batik Pekalongan dari masa ke masa.

Naik turunnya perkembangan batik di Pekalongan tersebut, memperlihatkan jika Pekalongan layak untuk menjadi ikon perkembangan batik di Indonesia. Ikon untuk karya seni yang tidak pernah padam dan menyerah dalam menghadapi perkembangan zaman dan juga selalu dinamis. Selama diperiode yang panjang tersebutlah, beragam fungsi, jenis rancangan, beragam sifat, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan dari serat-serat setempat, perdagangan, faktor sejarahnya, serta kesiapan masyarakatnya didalam menerima paham dan juga pemikiran baru.

Bahan kain yang dipakai dalam membuat batik khas Pekalongan umumnya seperti kain sutra, sunwash, dan yang paling terkenal yaitu bahan katun. Ada 2 bahan kain katun yang kerap dipakai oleh para perajin batik pekalongan, yang pertama yaitu kain katun primisima, dimana kain ini bersifat mudah menyerap keringat dan berkualitas terbaik. Sementara yang kedua yaitu katun prima. Katun prima ini merupakan kain yang banyak digunakan oleh perajin batik di pekalongan, sebab mempunyai harganya yang relatif lebih murah sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Batik asli Pekalongan memang terkenal dengan aneka ragam hiasnya yang bersifat naturalis dan dimodifikasi dengan berbagai macam warna yang atraktif. Bahkan, didalam sehelai kain batik Pekalongan kita juga bisa menemukan sampai 8 warna yang berani dengan kombinasi yang dinamis.

Bagikan:

Leave a Comment