Tari Gandrung yaitu sebuah tarian tradisional yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Karena asalnya tersebut, tarian ini juga kerap dinamai tari Gandrung Banyuwangi. Tari tradisional satu ini pada awalnya merupakan sebuah ritual yang ditujukan untuk mengungkapkan kekaguman masyarakat Banyuwangi pada Dewi Sri, seorang dewi yang dalam mitologi Hindu Jawa Kuno dianggap sebagai Dewi Padi atau Dewi kesejahteraan yang telah menawarkan hasil panen berlimpah pada masyarakat.

Tari Gandrung

Terlepas dari mitos tersebut, tari Gandrung kini telah dianggap mewakili kebudayaan Banyuwangi sehingga tak heran kalau kemudian tarian ini menjadi ikon pariwisata unggulan dari kabupaten yang terletak di ujung Timur pulau Jawa ini.

 satu ini pada awalnya merupakan sebuah ritual yang ditujukan untuk mengungkapkan kekaguma Tari Gandrung Banyuwangi : Sejarah, Gerakan, Video, dan Penjelasannya

1. Tema dan Makna Filosofi


Di awal kemunculannya, tari Gandrung memang dianggap tarian sakral yang sarat makna filosofis sama menyerupai Tari Remo. Ia dianggap sebagai pengejawantahan rasa syukur masyarakat atas segala berkah dan karunia yang diberikan Tuhan. Tak heran kalau kemudian di masa silam tarian ini lebih sering digelar dalam acara-acara budpekerti menyerupai sedekah bumi atau pesta panen.

Seiring dengan bergesernya nilai-nilai Hindu di kehidupan masyarakat Banyuwangi, tari Gandrung kini lebih dianggap sebagai sarana hiburan semata. Oleh karenanya, dalam bermacam-macam program kerakyatan, menyerupai khitan, pernikahan, program resmi, atau program tidak resmi, tarian ini kini juga kerap dipertunjukan.

2. Gerakan Tari Gandrung


Secara umum, gerakan tari Gandrung terbagi atas 3 pembabakan, mulai dari babak awal, pertengahan, sampai babak akhir.

  1. Babak awal tarian disebut dengan istilah Jejer. Jejer merupakan sebuah rangkaian gerakan yang membuka tarian. Para penari pada babak ini akan menyanyikan beberapa lagu pembuka dan menari secara solo.
  2. Babak pertengahan disebut dengan istilah maju atau ngibing. Pada babak ini para penari mulai bergerak menarikan tarian seraya memainkan selendangnya. Tamu yang diberi selendang oleh penari berarti tengah diberi kesempatan untuk ikut menari di atas panggung. Umumnya satu penari wanita akan dikerumuni oleh 4 penari laki-laki yang membentuk pola bujur sangkar. Mereka akan menari gotong royong serentak mengikuti ritme dan irama musik yang mengiringinya.
  3. Dan serpihan babak terakhir disebut dengan istilah Seblang subuh. Babak ini merupakan babak epilog tarian. Gerakan yang secara umum dikuasai pada seblang subuh yaitu gerak perlahan yang penuh penghayatan. Kipas yang merupakan satu-satunya properti pada tarian ini dimainkan pada babak Seblang Subuh.

3. Iringan Tari


Tari gandrung diiringi oleh permainan gamelan Jawa yang terdiri dari satu buah kluncing (triangle), satu buah kempul (gong), dua buah kendhang, satu atau dua buah biola, dan sepasang kethuk. Selain itu, gerak tarian dan irama musik pengiring juga kerap dilengkapi dengan bunyi Panjak. Panjak yaitu seorang yang bertugas menawarkan kata atau teriakan tertentu yang memberi semangat pada penari. Saat ini, teladan panjak sanggup kita temui pula pada pementasan musik dangdut Pantura.

Seiring perkembangan zaman, tari gandrung kini juga sanggup dilengkapi dengan iringan beberapa alat musik lainnya, menyerupai saron Bali, angklung, atau bahkan electone.

4. Setting Panggung


Setting panggung merupakan unsur yang tidak terlalu diperhatikan dalam pementasan tari gandrung. Jumlah penari yang boleh berada di atas panggung tidak dibatasi namun harus ada dalam bilangan ganjil. Di masa silam, penonton laki-laki diperbolehkan naik panggung dan ikut menarikan tarian ini, sama menyerupai hukum dalam tari jaipong khas Jawa Barat.

5. Tata Rias dan Tata Busana


Tata rias dan tata busana yang dipakai penari tarian Gandrung mempunyai beberapa perbedaan mencolok dengan tata rias dan tata busana tarian Jawa lainnya. Pada tari Gandrung, imbas Bali tampak terang khususnya di serpihan kostum yang dikenakan penari.

Kostum atau busana yang dikenakan penari terdiri dari baju berbahan beludru hitam yang dihiasi ornamen emas. Baju ini dihiasi oleh bermacam-macam pernik menyerupai manik-manik yang berbentuk botol di leher sampai dada, ilatan yang menutup tengah dada, ikat pinggang, kelat bahu, sembong, serta selendang yang selalu disampirkan di bahu. Sementara untuk bawahan, kerap dipakai kain batik (jarek) dengan motif khusus menyerupai corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya.

Penari tari Gandrung Banyuwangi juga dilengkapi dengan hiasan kepala yang khas. Mahkota atau omprok yang dibentuk dari kulit lembu yaitu salah satu serpihan utamanya. Mahkota tersebut kerap diberi hiasan warna merah dan emas serta ornamen khusus yang menyimbolkan wujud Antasena, tokoh pewayangan dalam dongeng Mahabrata. Omprok atau mahkota juga diberi ornamen warna perak, ornamen bunga, dan hio. Semua ornamen tersebut diberikan semoga pada wajah penari muncul kesan magis dan mempesona.

6. Properti Tari


Properti tari yang utama dalam tari gandrung ada 2, yaitu selendang (sampur) dan kipas. Di masa silam, kipas yang dipakai berjumlah 2 dan dipegang di tangan kiri dan kanan. Namun, sehabis mengalami beberapa arasemen seringkali tarian ini hanya dilengkapi dengan 1 kipas saja, itupun hanya dipakai pada serpihan tertentu dalam tarian, khususnya pada serpihan seblang subuh.

Bagikan:

Leave a Comment