Artikel ini adalah artikel terakhir atau tepatnya Bagian ke 6 dari artikel 35 Alat Musik Tradisional Indonesia. Jika di artikel sebelumnya kita membahas tentang alat musik tradisional dari provinsi-provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara, di artikel kali ini kita akan membahas tentang alat musik tradisional dari provinsi-provinsi di sekitar Maluku dan Papua.
Alat Musik Tradisional Indonesia
Maluku dan Papua dulunya hanya 2 provinsi besar yang ada di ujung timur Nusantara. Namun, kini wilayah tersebut telah berkembang secara administratif sehingga terdapat 5 provinsi yang antara lain Provinsi Maluku, Maluku Utara, Provinsi Papua, Papua Barat, dan yang terbaru Provinsi Kepulauan Cendrawasih. Masing-masing alat musik tradisional dari provinsi-provinsi tersebut dijelaskan sebagaimana berikut.
31. Alat Musik Tradisional Maluku
Masyarakat Maluku memiliki alat musik tradisional yang bernama Jukulele. Instrumen ini adalah alat musik yang terbuat dari bahan-bahan alam yaitu kayu, kulit binatang, dan batok kelapa. Bentuknya seperti rebab tapi ia dimainkan dengan cara dipetik seperti gitar. Dengan 4 buah dawai yang membentang di alat musik ini, dihasilkan nada-nada melodis sekaligus ritmis dengan aturan chord-chord tertentu. Jukulele diperkirakan mulai digunakan masyarakat Maluku dalam kebudayaannya sejak awal abad 15 setelah bangsa Portugis memperkenal desain alat musik yang sama. Jukulele hingga kini sering digunakan sebagai pengiring musik-musik khas Maluku, seperti musik Hawaian dan Keroncong.
Selengkapnya tentang Alat Musik Tradisional Maluku.
32. Alat Musik Tradisional Maluku Utara
Maluku Utara adalah provinsi pecahan Maluku. Budaya masyarakat kedua provinsi ini tidak memiliki banyak perbedaan signifikan. Dalam hal seni bermusik, alat musik khas Maluku seperti Jukulele, Rumba, dan Tifa juga dikenal dalam budaya Maluku Utara. Akan tetapi, sebagai identitas budayanya, Pemda Maluku Utara mengangkat Cikir sebagai alat musik daerahnya. Cikir adalah instrumen yang terbuat dari batok kelapa yang diisi pasir dan kerikil serta dilengkapi tangkai kayu yang berfungsi sebagai pegangan. Cikir dimainkan dengan cara dikocok sehingga masuk dalam jenis alat musik ideophon.
Selengkapnya tentang Alat Musik Tradisional Maluku Utara.
33. Alat Musik Tradisional Papua
Alat musik tradisional khas Papua adalah sebuah gendang panjang yang bernama Tifa. Gendang ini umumnya dimainkan mengiringi tarian-tarian adat. Gendang Tifa terasa sangat unik dengan adanya beragam pahatan atau ornamen etnik khas suku-suku Papua di bagian kayunya. Sementara untuk bagian membrannya, digunakan kulit rusa atau kulit babi yang telah dikeringkan.
Selengkapnya tentang Alat Musik Tradisional Papua.
34. Alat Musik Tradisional Papua Barat
Papua Barat identik dengan ekosistem pantai yang landai. Sesuai dengan lingkungannya ini, masyarakat Papua Barat mengenal jenis alat musik tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alam yang terdapat di sekitar pantai. Salah satunya adalah alat musik tiup dari kerang yang bernama Fu. Alat musik ini dulunya digunakan sebagai sarana komunikasi antar masyarakat kampung. Semakin keras ditiup, Fu akan menghasilkan bunyi yang semakin lantang dan keras.
Selengkapnya tentang Alat Musik Tradisional Papua Barat.
35. Alat Musik Tradisional Kep. Cendrawasih
Provinsi Kep. Cendrawasih memang provinsi yang terbentuk paling baru di Indonesia. Provinsi ini tepat menjadi provinsi ke 35 yang menggenapi provinsi-provinsi yang sudah ada sebelumnya. Terkait dengan budaya dan kesenian, masyarakat Provinsi Kep. Cendrawasih sendiri memiliki alat musik tradisional yang bernama Triton. Triton sebetulnya adalah alat musik yang sama dengan Fu, yakni terbuat dari bahan kulit kerang-kerangan. Keduanya hanya berbeda dari sisi nama dan penyebutannya.
Selengkapnya tentang Alat Musik Tradisional Kep Cendrawasih.
Nah, demikianlah uraian lengkap mengenai daftar alat musik tradisional Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke lengkap beserta gambar dan penjelasan singkatnya. Semoga daftar ini semoga dapat menjadi catatan abadi peninggalan budaya bangsa yang telah diwariskan nenek moyang kita.
Leave a Comment