Rumah Adat Sulawesi Tenggara / Peradaban masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara terbentuk dari akulturasi budaya beberapa suku dari masyarakat yang hidup di sana, seperti suku Buton (Wolio), suku Tolaki, suku Wawonii, suku Morenene, dan suku Muna. Akulturasi budaya tersebut telah melahirkan keunikan-keunikan tersendiri yang membuat dinamika kesukuan di provinsi ini kian menggema. Adapun meski saling berinteraksi, budaya asli dari masing-masing suku tersebut tetaplah lestari. Buktinya, semua suku-suku tersebut hingga kini masih memiliki ikon budayanya masing-masing secara terpisah.
Adapun bila kita membahas tentang rumah adat Sulawesi Tenggara, maka yang paling menjadi ikonnya adalah rumah adat bernama Banua Tada. Rumah adat ini adalah sebuah rumah besar yang dikenal dalam budaya suku Buton. Rumah adat ini diketahui memiliki beberapa keunikan, baik dari segi arsitekturnya, fungsinya, hingga nilai nilai filosofis yang dimilikinya. Nah, dikesempatan ini kami akan mengulas keunikan-keunikan tersebut sebagai bahan pembelajaran untuk kita semua.
Rumah Adat Sulawesi Tenggara
Dikaji dari asal katanya, Banua Tada berasal dari 2 kata, Banua yang berarti rumah dan Tada yang berarti siku. Banua Tada disebut Rumah Siku karena kita dapat melihat banyak siku-siku pada struktur rangka bangunannya.
1. Struktur dan Arsitektur Rumah
Sebelum membahas tentang struktur bangunan rumah adat Sulawesi Tenggara ini, terlebih dahulu mari kita kenali jenis-jenis Banua Tada berdasarkan strata sosial pemiliknya. Ada 3 jenis Banua Tada, yaitu
- Kamali disebut juga Malige, adalah rumah Banua Tada yang digunakan secara khusus oleh sultan dan keluarganya. Ukurannya lebih besar dibandingkan jenis Banua Tada lainnya. Rumah ini memiliki 4 tingkatan lantai dan atap bersusun dua.
- Banua Tada Tare Pata Pale, adalah rumah Banua Tada yang digunakan oleh para pejabat dan pegawai istana. Biasanya rumah ini bertiang 4, atapnya bersusun, dan memiliki 2 jendela di kiri dan kanan rumah.
- Banua Tada Tare Talu Pale, adalah rumah Banua Tada yang digunakan oleh orang biasa. Rumah ini memiliki jumlah tiang tiga dan atapnya simetris. Bahan utama pembuatannya berupa bambu, papan kayu, dan rotan dengan setiap ruangan memiliki satu buah jendela di kiri atau kanan rumah.
Masing-masing jenis rumah Banua Tada di atas sejatinya tersusun atas material yang hampir sama, baik pada bagian tiang, lantai, dinding, hingga atapnya.
Tiang dibuat menurut 3 jenis, yaitu tiang utama berada di tengah (Kabelai), tiang penyangga, dan tiang pembantu. Semua tiang dibuat dari kayu bulat yang ditumpangkan di atas pandasi batu. Adapun lantai umumnya dibuat dari papan kayu jati yang kuat disusun sedemikian rupa menggunakan teknik kunci. Papan-papan tersebut saling menyatu meski tanpa dipaku. Begitu pula dengan dinding rumah. Sementara atap dibuat dari daun rumbia dan hipa-hipa yang disusun saling bertumpukan. [Baca Juga : Rumah Adat Sulawesi]
2. Fungsi Rumah Adat
Sesuai dengan fungsinya sebagai tempat tinggal, rumah adat Sulawesi Tenggara ini khususnya Rumah Kamali dibagi atas beberapa ruangan sesuai dengan penggunaannya. Rumah Banua Tada yang digunakan untuk tempat tinggal Sultan (rumah Kamali) yang terdiri dari 4 tingkat lantai tersusun dari ruangan-ruangan sebagaimana berikut:
- Lantai pertama. Tingkat ini terdiri dari 7 ruangan, yaitu ruangan 1 dan 2 berfungsi sebagai ruang sidang anggota Hadat Kerajaan Buton sekaligus tempat menerima tamu. Ruangan 3 dibagi dua, yang kiri adalah untuk kamar tidur tamu dan yang kanan digunakan untuk ruang makan tamu. Ruangan 4 berfungsi sebagai kamar anak-anak Sultan yang telah menikah. Ruangan 5 sebagai kamar makan Sultan, sementara ruangan 6 dan 7 digunakan sebagai kamar anak laki-laki Sultan yang sudah dewasa.
- Lantai kedua. Tingkat ini dibagi menjadi 14 buah kamar. Di sisi kanan 7 kamar dan disisi kiri 7 kamar. Kamar-kamar tersebut berfungsi untuk kegiatan administrasi kerajaan, mulai dari gudang, kantor, tamu keluarga, aula, dan lain sebagainya.
- Lantai ketiga. Tingkat ini hanya ada 1 ruangan besar yang berfungsi sebagai tempat rekreasi sekaligus aula.
- Lantai keempat berfungsi sebagai tempat penjemuran.
3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis
Dari pemaparan tentang gaya arsitektur, struktur, dan pembagian ruang yang telah dijelaskan di atas, dapat kita simpulkan beberapa keunikan dan ciri khas rumah adat Sulawesi Tenggara ini dibandingkan rumah adat suku lain di Indonesia. Keunikan tersebut misalnya terletak pada jumlah tingkatan rumah yang bisa mencapai 4 tingkat, kekokohan bangunan meski dibuat tanpa paku dan logam sebagai penguat, serta pembagian ruangannya yang sangat memperhatikan kearifan lokal dan nilai-nilai filosofi yang dianut masyarakat suku Buton.
Nah, demikian ulasan singkat kami mengenai rumah adat suku Buton (Wolio) yang bernama Rumah Banua Tada. Desain bangunan yang juga menjadi ikon rumah adat Sulawesi Tenggara ini sudah selayaknya mendapat apresiasi karena keunikan-keunikan yang dimilikinya. Semoga ulasan ini bermanfaat dan jangan lupa membaca pembahasan kami selanjutnya tentang rumah adat Sulawesi Utara pada artikel berikutnya.
Leave a Comment