Para raja yang memimpin kerajaan di masa lampau terkenal memiliki banyak istri atau selir. Tak jarang, hubungan raja dengan para selirnya itu menimbulkan kecemburuan dari sang permaisuri. Berikut adalah 4 selir raja yang terkenal di masa Kerajaan Nusantara.
Dewi Kian
Selain Siu Ban Ci, Brawijaya V juga memiliki selir lain bernama Dewi Kian. Ia banyak diperbincangan lantaran memilih memeluk agama Islam. Dalam prosesnya berpindah keyakinan dari Buddha ke Islam, Dewi Kian dibimbing langsung oleh Arya Damar di Palembang. Setelah itu, Dewi Kian semakin intens mempelajari Al Quran dan ilmu tajwid. Ia bahkan menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan, meskipun baru beberapa bulan belajar.
Dyah Dara Petak
Meskipun berstatus sebagai selir dan menjadi istri ke-5 Raden Wijaya, Dyah Dara Petak atau Dara Petak menjadi istri yang paling dituakan. Ketika menjadikan Dara Petak sebagai istri, raja pertama Majapahit itu sudah memiliki beberapa istri yang merupakan keturunan Raja Kertanegara. Dara Petak adalah perempuan yang berasal dari kerajaan Dharmasraya yang dibawa oleh pasukan Kebo Anabrang usai ekspedisi penaklukan Pulau Sumatera.
Selain Dara Petak, pasukan itu juga membawa Dara Jingga. Nama Dara Petak memiliki arti merpati putih. Raden Wijaya kemudian menjadikan Dara Petak sebagai istri terakhirnya. Sementara itu, Dara Jingga dipersunting pejabat Singasari bernama Adyawabrama.
Siu Ban Ci
Raja terakhir Majapahit, Girindrawardhana Dyah Ranawijaya atau Brawijaya V, memiliki selir bernama Siu Ban Ci. Siu adalah selir yang terkenal dan namanya selalu membekas dalam perjalanan Majapahit. Melansir Sindonews, Siu Ban Ci adalah anak dari Tan Go Hwat atau Syekh Bentong. Dari rahim Siu Ban Ci, lahirlah Raden Patah yang kemudian menjadi pemimpin Kesultanan Demak dan menghancurkan Majapahit.
Brawijaya V langsung menaruh hati kepada Siu saat perjumpaan pertamanya. Perempuan muda itu dibawa ayahnya menemui sang raja untuk meminta izin berdagang di wilayah Majapahit. Meskipun Tan Go Hwat membawa banyak seserahan seperti mutiara, batu giok asli Tiongkok, keramik Tiongkok, dan kain sutera, namun Brawijaya V sama sekali tidak terpikat. Ia justru terpikat dengan Siu. Di sisi lain, Putri Champa yang merupakan permaisuri raja sangat cemburu.
Malam itu juga, Brawijaya V langsung meminta kepada Tan agar Siu bisa menjadi selirnya. Tan mengiyakan permintaan itu. Siu dibawa menggunakan tandu terbaik dari Puri Kanuruhan saat menghadap Brawijaya V. Rasa cinta Raja kepada Siu semakin membuat Putri Champa geram. Ditambah, ia belum juga dikaruniai keturunan.
Putri Champa meminta Brawijaya V untuk menceraikan dan meninggalkan selirnya itu. Namun, rasa cinta Brawijaya V yang amat dalam kepada Siu membuatnya tak sanggup melakukan hal tersebut. Demi memenuhi permintaan permaisurinya, Brawijaya V menitipkan Siu ke Arya Damar yang merupakan Adipati Palembang dalam kondisi hamil 3 bulan.
Kanjeng Mas Hemawati
Nama Kanjeng Mas Hemawati terkenal bukan karena kisahnya yang heroik atau positif, melainkan karena pembunuhan yang ia lakukan kepada suaminya, Sultan Hamengkubuwono V, Raja Kasultanan Yogyakarta. Istri kelima sang Sultan itu membunuh suaminya pada Juni 1855. Padahal, Hemawati adalah selir kesayangan Sultan. Kasus pembunuhan tersebut diketahui setelah Sultan ditemukan tewas di salah satu ruangan Keraton.
Hemawati diketahui menikam Sultan dari belakang. Akan tetapi, pihak Keraton memilih untuk menutup rapat kasus ini dan tidak memberi tahu di mana keberadaan Hemawati setelah membunuh suaminya. Motif pembunuhan itu juga masih diselimuti misteri hingga detik ini. Pun dengan tragedi tersebut yang juga masih diingat masyarakat, terutama penduduk Yogyakarta sampai sekarang.
Leave a Comment