Lensa Budaya ~ Aceh memang tak bisa dilepaskan dari budayanya yang unik. Masyarakat dari provinsi yang terletak di ujung barat pulau Sumatera ini sarat dengan suatu susila hasil perpaduan antara budaya Melayu dan budaya Islam. Tak mengherankan jikalau kemudian ia menerima julukan Serambi Mekah. Nah, di kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satu budaya Aceh tersebut, yaitu mengenai alat musik tradisionalnya. Bagi Anda yang ingin tahu apa saja alat musik tradisional Aceh, simak pembahasan mengenai nama, gambar, fungsi, dan keterangannya berikut ini!

Alat Musik Tradisional Aceh

Budaya Melayu dan Budaya Islam yang mengalami akulturasi terasa begitu kental kita temukan dalam lingkup hidup masyarakat adat Aceh sampai dikala ini. Rumah Krong Bade dan pakaian susila Ulee Balang yang kita telah bahas pada artikel sebelumnya yaitu wujud bukti dari proses akulturasi ini. Namun, terlepas dari kedua peninggalan budaya tersebut, ternyata Aceh mempunyai beberapa hal lain yang unik untuk ditelisik, contohnya yaitu alat musik tradisional mirip yang akan dijabarkan satu persatu berikut ini.

Aceh memang tak bisa dilepaskan dari budayanya yang unik 10 Alat Musik Tradisional Aceh beserta Penjelasannya

Alat Musik Arbab

Yang pertama yaitu Arbab. Arbab yaitu sebuah alat musik tradisional Aceh yang dimainkan dengan cara digesek. Bentuknya nyaris ibarat rebab, namun dari cara pembuatannya sendiri Arbab terbilang unik dan berbeda. Arbab dibentuk dari batok kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai; serta mempunyai suatu busur (alat penggesek) yang terbuat dari serat tumbuhan atau rotan. Busur ini dinamakan Go Arbab. Bentuk dan keunikan arbab sanggup Anda saksikan pada gambar di bawah ini.

Aceh memang tak bisa dilepaskan dari budayanya yang unik 10 Alat Musik Tradisional Aceh beserta Penjelasannya

Arbab umumnya difungsikan sebagai alat musik melodis sebab menghasilkan dengan nada-nada tertentu. Alat musik yang dahulunya dimainkan sebagai pengiring lagu-lagu hikayat ini kini sudah mulai punah dan jarang dimainkan lagi.

Alat Musik Bangsi Alas

Bangsi ganjal atau biasa disebut Bangsi saja yaitu alat musik tradisional Aceh dimainkan dengan cara ditiup. Instrumen ini terbuat dari bambu dengan 7 buah lubang nada di serpihan batangnya. Dilihat dari bentuknya, bangsi ganjal ibarat sebuah seruling besar. Dalam pertunjukan musik, fungsi bangsi ganjal sendiri yaitu sebagai alat musik ritmis pengiring sebuah lagu.

Alat Musik Canang

Canang yaitu alat musik tradisional khas Aceh yang bentuknya ibarat kenong atau gong kecil. Instrumen yang dibentuk dari materi kuningan ini dulu sering dijumpai dalam keseharian masyarakat Tamiang, Aceh, Gayo, dan Alas. Masing-masing tempat tersebut mempunyai sebutan yang berbeda untuk alat musik ini. Masyarakat Gayo menyebutnya “Teganing“, di Aceh disebut “Canang Trieng“, masyarakat Tamiang menyebutnya “Kecapi”, dan di Alas disebut “Kecapi Olah“.

Canang menghasilkan nada melodis sehingga sering dimainkan sebagai hiburan di waktu senggang atau hiburan dikala bekerja. Bentuk canang sanggup dilihat pada gambar di atas.
Alat Musik Bereguh

Bereguh yaitu alat musik tiup khas Aceh yang terbuat dari tanduk kerbau. Fungsi alat musik ini bukan sebagai hiburan, melainkan sebagai sarana komunikasi antar masyarakat Aceh zaman dahulu yang hidup secara terpisah di tengah hutan. Di beberapa tempat mirip di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Utara dahulu masyarakatnya sempat memakai instrumen ini.

Alat Musik Celempong

Calempong atau Talempong tolong-menolong yaitu alat musik yang hampir dikenal oleh seluruh masyarakat Melayu di Nusantara. Calempong merupakan instrumen perkusi yang dibentuk dari susunan gong dengan ukuran beragam. Calempong dimainkan dengan cara dipukul memakai alat pemukul khusus. Alat musik ini berfungsi sebagai penghasil nada melodis.

Aceh memang tak bisa dilepaskan dari budayanya yang unik 10 Alat Musik Tradisional Aceh beserta Penjelasannya

Alat Musik Geundrang

Geundrang atau genderang yaitu instumen yang bentuknya tak ubah mirip gendang pada umumnya. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul serpihan membrannya memakai telapak tangan atau kayu pemukul. Fungsinya yaitu sebagai pengatur alunan nada dari suatu pertunjukan orkestra Serunee Kalee. Geundrang sendiri termasuk tumpuan alat musik ritmis yang bisa melengkapi tempo musik khas suku Aceh.

Alat Musik Rapai atau Rebana

Alat musik tradisional Aceh selanjutnya yaitu Rapai. Sama mirip rebana pada umumnya, Rapai merupakan instrumen ritmis yang dibentuk dari materi kayu dan kulit lembu. Ia dimainkan dengan cara dipukul memakai telapak tangan. Berdasarkan sejarahnya, alat musik ini diperkirakan berasal dari Irak.

Rapai sendiri menurut fungsinya dibedakan menjadi 6 jenis, di antaranya Rapai Pasee, Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng, Rapai Pulot, Rapai Anak, dan Rapai Kisah. Adapun dalam peruntukannya, instrumen ini sanggup dimainkan secara tunggal sebagai pengiring tarian maupun sebagai sebagai embel-embel dalam pertunjukan orkestra Serune Kalee.

Alat Musik Serune Kalee

Di antara alat musik tradisional Aceh lainnya, Serune Kalee yaitu yang paling dikenal di kancah nasional. Serune Kalee merupakan alat musik yang bentuknya ibarat terompet atau klarinet dan dimainkan dengan cara ditiup. Instrumen ini jarang dimainkan secara sendirian, melainkan selalu dimainkan bersama dengan geunderang, rapai, dan beberapa instrumen lainya.

Aceh memang tak bisa dilepaskan dari budayanya yang unik 10 Alat Musik Tradisional Aceh beserta Penjelasannya

Alat Musik Taktok Trieng

Taktok Trieng yaitu alat musik tradisional Aceh yang tolong-menolong berbentuk dan berfungsi layaknya sebuah kentongan. Instrumen ini terbuat dari batang bambu besar dengan lubang di salah satu bagiannya. Ia menghasilkan suara yang keras dikala dipukul memakai kayu. Fungsi taktok trieng sendiri yaitu sebagai sarana gosip di balai pertemuan, Meunasah (masjid), atau sebagai pengusir burung di sawah.

Alat Musik Tambo

Tambo yaitu sebuah bedug besar yang menghasilkan suara jikalau dipukul memakai pemukul kayu. Tambo terbuat dari batang pohon iboh (bak Iboh), kulit lembu, dan tali rotan. Fungsinya di masa silam yaitu sebagai sarana untuk mengumpulkan masyarakat di Menasah biar mau melakukan sholat berjamaah. Di masa sekarang, tambo kian sulit ditemukan. Fungsinya telah tergantikan dengan keberadaan micropohone.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment