.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }
Provinsi Jawa Barat merupakan sebuah provinsi yang letaknya berada di ujung pulau Jawa. Provinsi yang mayoritas masyarakat adalah suku Sunda ini dikenal sudah mempunyai peradaban yang cukup tinggi sejak masa lampau. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan berbagai prasasti dan candi peninggalan dari kerajaan Hindu dan Budha di sekitar wilayah geografisnya, seperti kerajaan Tarumanegara, Sunda-Galuh, dan Padjajaran. Selain itu, peradaban serta kebudayaan tinggi yang dimiliki oleh orang-orang suku Sunda juga dibuktikan dengan adanya beberapa peninggalan budaya kebendaan, salah satunya adalah pakaian adat Provinsi Jawa Barat.
Dalam gaya berpakaian, masyarakat suku Sunda mengenal berbagai macam jenis pakaian adat yang didasarkan pada fungsinya, umur atau tingkatan sosial kemasyarakatan para pemakainya. Berdasarkan tingkat strata sosial pemakai misalnya, pakaian adat dari Provinsi Jawa Barat ini bisa dibedakan menjadi 3 jenis, yakni pakaian rakyat jelata, kaum menengah, dan para bangsawan. Nah seperti apakah pakaian adat tersebut? Berikut ini penjelasannya.
1. Pakaian Adat Untuk Rakyat Jelata
Bagi rakyat jelata, laki-laki Sunda dimasa lampau selalu memakai pakaian yang sangat sederhana. Mereka memakai celana komprang atau pangsi yang kemudian dilengkapi dengan sabuk kulit atau kain. Sebagai atasannya biasanya akan memakai baju kampret atau baju salontren yang dilengkapi dengan sarung poleng dan diselempangkan menyilang di bahu. Pakaian adat Sunda tersebut juga akan dilengkapi dengan sebuah penutup kepala yang bernama ikat logen model hanjuang nangtung atau barangbang semplak dan pada alas kakinya berupa tarumpah atau terompah dari kayu.
Untuk para wanita, pakaian adat Provinsi Jawa Barat yang dipakai juga terbilang sederhana. Perlengkapan seperti baju kebaya, sinjang kebat (kain batik panjang), kamisol (kutang atau BH), beubeur (ikat pinggang), dan selendang batik merupakan pilihan utama. Sebagai riasan pelengkapnya, gaya pakaian adat tersebut juga akan disertai dengan hiasan rambut yang di gelung jucung (disanggul kecil ke atas), aksesoris berupa ali meneng (cincin polos), suweng pelenis (giwang bundar), geulang akar bahar (gelang akar bahar), dan alas kaki berupa sendal keteplek (sendal jepit).
2. Pakaian Adat Untuk Kaum Menengah
Beda kelas, tentunya beda juga tampilannya. Untuk mereka yang terbilang kaum menengah di dalam strata sosial, pemakaian pakaian adat Provinsi Jawa Barat dikhususkan dengan tambahan beberapa pernak-pernik. Para pria selain akan memakai baju bedahan putih, alas kaki sandal tarumpah, sabuk (beubeur), kain kebat batik, dan ikat kepala, mereka juga akan memakai arloji rantai emas yang digantungkan di saku baju sebagai kelengkapan dalam berbusana.
Sementara untuk para wanitanya, pakaian adat Provinsi Jawa Barat yang dipakai adalah kebaya dengan berbagai warna sebagai atasan, kain kebat batik beraneka corak sebagai bawahan, alas kaki berupa selop atau kelom geulis, beubeur (ikat pinggang), selendang berwarna, dan perhiasan berupa giwang, kalung, gelang, dan cincin yang terbuat dari perak atau emas.
3. Pakaian Adat Untuk Bangsawan
Bagi menak atau para bangsawan, pakaian adat yang dipakai merupakan simbol keagungan. Oleh sebab itu, dari segi desain, pakaian adat ini terlihat sebagai pakaian adat Provinsi Jawa Barat yang paling rumit dan juga estetik. Bagi para pria bangsawan, pakaian adat Sunda yang mereka pakai terdiri dari jas tutup berbahan beludru hitam yang disulam dengan benang emas menyusuri tepi dan ujung lengan, celana panjang dengan motif sama, bendo untuk tutup kepala, kain dodot motif rengreng parang rusak, benten atau sabuk emas, dan selop hitam sebagai alas kaki.
Sedangkan untuk para wanita, pakaian adat Provinsi Jawa Barat yang dipakai adalah kebaya beludru hitam bersulam benang emas, kain kebat motif rereng, serta alas kaki berupa sepatu atau selop berbahan beludru hitam bersulamkan manik-manik. Tidak lupa beberapa pernik perhiasan juga dipakai seperti giwang, cincin, bros, kalung, tusuk konde emas untuk rambut yang disanggul, peniti rantai, gelang keroncong, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahtakan berlian.
4. Pakaian Adat Sunda Yang Resmi
Karena mempunyai berbagai jenis pakaian adat, provinsi Jawa Barat pun kemudian membuat standar baku pada pakaian adatnya sejak beberapa dasawarsa terakhir. Pakaian adat Provinsi Jawa Barat yang resmi tersebut bisa dilihat di acara pemilihan mojang dan jajaka yang selalu digelar setiap tahunnya.
Para jajaka biasanya akan memakai jas takwa atau jas tutup dengan warna bebas (lebih sering memakai warna hitam), celana panjang dengan warna yang sama dengan atasan, penutup kepala berupa bendo, kain samping yang diikatkan di pinggang, dan alas kaki selop. Hiasan yang dipakai hanyalah berupa jam rantai yang umumnya dijepitkan di saku jas.
Sedangkan untuk para mojang, biasanaya mereka akan memakai pakaian adat berupa kebaya polos dengan hiasan sulam, kain kebat, kutang (kamisol), karembong (selendang) yang berfungsi sebagai pemanis, beubeur (ikat pinggang), dan alas kaki berupa selop dengan warna sama seperti pada warna kebaya. Adapun untuk hiasannya yakni tusuk konde berhiaskan bunga untuk rambut disanggul, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, giwang, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lainnya yang terbuat dari emas bertahtakan berlian.
5. Pakaian Pengantin Adat Sunda
Untuk keperluan upacara adat pernikahan, para pengantin adat Sunda akan memakai pakaian khusus yang bernama pakaian Pengantin Sukapura. Untuk pakaian mempelai pria biasanya memakai jas tutup berwarna putih yang dilengkapi dengan ikat pinggang berwarna putih, tutup kepala bendo yang bermotifkan rereng, kain rereng yang digunakan sebagai bawahan, dan selop berwarna putih. Untuk hiasannya, biasanya akan memakai kalung panjang dari bunga melati dan senjata keris atau kujang sebagai senjata tradisionalnya.
Sedangkan untuk mempelai wanita, atasannya memakai kebaya brukat berwarna putih, benten atau ikat pinggang berwarna emas, bawahan berupa kain rereng eneng, dan alas kaki selop berwarna putih. Adapun untuk hiasannya adalah berupa perhiasan kilat bahu, gelang, bros, giwang, cincin, dan kalung panjang, serta sanggulan rambut yang dilengkapi dengan hiasan siger subadra lima untaian bunga sedap malam atau mangle, dan 7 buah kembang goyang.
Leave a Comment