Mugiyanto: Mengadvokasi Orang Hilang
Mugiyanto diculik di Klender, Jakarta Timur, pada 5 Juni 1998 malam hari setelah Aaan dan Nezar Patria dijemput paksa. Aktivis SMID dan PRD ini dibawa ke Koramil Duren Sawit, Kodim Jakarta Timur, dan Poskotis Markas Kopassus. Dia diinterogasi, dipukul, hingga disetrum. Mereka kemudian dipindahkan ke sel Polda Metro Jaya.
Dilansir blog pribadinya, Mugi dikenai pasal subversif pada saat itu. Namun dia dibebaskan pada 6 Juni 1998. Dia mendapat penangguhan penahanan buntut tumbangnya rezim Soeharto.
Kini, Mugiyanto menjadi Dewan Penasihat Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI).
Andi Arief: Partai Demokrat
Pada era 1998, Andi Arief adalah aktivis SMID dan PRD. Tanggal 28 Maret 1998, Andi dijemput di ruko milik kakaknya di Bandar Lampung. Wajah Andi ditutup dan mobil membawanya ke tempat lain. Tangannya diborgol dan diinterogasi mengenai topik PRD, SMID, LB Moerdani, Megawati, Amien Rais, hingga AJI. Di ruang penyekapan, pihak penculik memutar musik dan radio dengan suara keras dari pukul 5 pagi sampai 2 pagi.
Pada 17 April 1998, Andi berada di penjara Bagian Reserse Mabes Polri. Tanggal 23 April 1998, dia dipertemukan dengan pengacaranya, Munir, dan kakaknya.
Andi Arief kemudian masuk Partai Demokrat. Dia pernah ditunjuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Komisaris PT Pos Indonesia. Andi pernah maju sebagai calon wakil gubernur Lampung mendampingi cagub Muhajir Utomo lewat jalur independen pada 1998, namun gagal. Andi pernah menjadi Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana era Presiden SBY periode 2009-2014.
Kini, Andi Arief masih berada di Partai Demokrat. Dia menjabat sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat.
Aan Rusdianto: Sempat ke Gerindra
Aan Rusdianto adalah aktivis SMID dan PRD. Bersama Nezar Patria, Aan diculik dari rumah kontrakan di rumah susun Klender Blok 37, Jakarta Timur, 13 Maret 1998. Mereka dibawa penculik ke Pos Komando Taktis (Poskotis) Markas Kopassus.
Aan diinterogasi, dipukul, hingga disetrum. Dia ditanya perihal kawan-kawannya di SMID dan PRD, serta hubungannya dengan jaringan pro-demokrasi dan Amien Rais, Megawati, dan Sofyan Wanandi. Pada 15 Maret 1998, Aan dibawa ke Kodam Jaya untuk diperiksa, dilanjut ke Polda Metro Jaya, dipukul dengan tongkat huru-hara, dan dituduh melakukan tindakan subversi. Aan bebas pada 5 Juni 1998.
Singkat cerita, Aan bergabung dengan Partai Gerindra pada 2013. Dilansir Deutsche Welle, Aan memutuskan bergabung dengan Gerindra karena teman-temannya sudah lebih dulu masuk Gerindra. Dia juga tertarik dengan materi yang disampaikan Prabowo Subianto saat berkampanye bareng Megawati. Dia bahkan menjadi caleg DPR dari Gerindra pada Pemilu 2014 meski tak berhasil.
Kabar terakhir, dilansir CNN Indonesia lewat berita 20 Mei 2016, Aan tidak lagi di Gerindra. Dia menjadi redaktur pelaksana di majalah internal Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Rahardjo Waluyo Jati: PDIP
Pada 1998, Rahardjo Waluyo Jati adalah aktivis muda dari PRD dan Jaringan Kerja Rakyat (Jaker). 12 Maret 1998, usai menghadiri acara di YLBHI, Jati dan Faisol Riza diikuti sejumlah orang. Mereka berdua lari sampai naik ke lantai 2 UGD RSCM, sambil berteriak-teriak. Djati terpojok di WC dan tertangkap oleh penculik. Dia dimasukkan ke mobil, diinjak kepalanya, dan ditutup kepalanya.
Jati diinterogasi mengenai keberadaan Andi Arief, Suyat, Bimo Petrus serta Amien Rais, Megawati, dan Gus Dur. Djati disetrum, dipukul, ditendang, ditidurkan di balok es, dan digantung lehernya. Dia dibebaskan pada 25 April 1998.
Sebagaimana diberitakan detikcom, Jati bersama banyak aktivis ’98 lainnya masuk ke PDIP lewat acara deklarasi di Hotel Sofyan Betawi, Menteng, Jakarta, 3 Desember 2004 silam. Kabar terakhir, Jati menjadi pendukung Jokowi lewat Presidium Sekretariat Nasional Joko Widodo pada musim Pilpres 2014.
Mereka yang hilang
Selain 9 orang korban selamat penculikan Tim Mawar, ada orang-orang yang masih hilang dan belum ketemu sejak 1997. Korban Hilang Tim Mawar adalah sebagai berikut:
1. Wiji Thukul (aktivis, penyair Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat/Jaker)
2. Petrus Bima Anugerah (SMID)
3. Dedi Hamdun (pengusaha, PPP)
4. Noval Alkatiri (pengusaha, PPP)
5. Ismail (sopir Noval Alkatiri)
6. Yanie Afrie/Ryan (PDI pro Mega)
7. Sony (PDI pro Mega)
8. Herman Hendrawan (PRD)
9. Suyat (KNPD, SMID)
10. Ucok Munandar (mahasiswa Perbanas)
11. Hendra Hambali (siswa SMA)
12. Yadin Muhidin (alumni Sekolah Pelayaran)
13. Abdun Naser (kontraktor)
Leave a Comment