Pola hunian manusia purba dapat dibedakan menjadi dua karakteristik khas diantaranya :

  • Kedekatan dengan sumber air
  • Kehidupan di alam terbuka

Pola hunian dapat dilihat dari sisi geografis. Contohnya dapat dilihat di situs – situs manusia purba yaitu pada sepanjang aliran Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, dan Ngandong). Petunjuk letak persebaran manusia purba dapat dilihat dari penemuan – penemuan sisa peralatan yang digunakan oleh manusia purba yang umumnya ditemukan di sekitar sungai.

Kehidupan di sekitar sungai menunjukkan pola kehidupan manusia purba yang hidup di alam terbuka. Manusia purba memiliki kecenderungan untuk menghuni wilayah terbuka di sekitar aliran sungai.

Kecenderungan ini muncul mengingat sungai menyediakan air, kesuburan tanah, dan hewan buruan yang melimpah. Manusia purba juga memiliki kecenderungan memanfaatkan gua – gua sebagai tempat berlindung.

Namun mengingat mobilitas manusia purba yang tinggi tidak memungkinkan untuk selamanya menetap di gua. Pada perkembangannya gua hanya dihuni sementara sehingga tidak meninggalkan jejak pada kita.

Hal penting yang perlu diketahui adalah ketika masa transisi dari nomaden dan tinggal menetap pada manusia purba. Manusia purba di Indonesia diperkirakan hidup secara nomaden (berpindah – pindah) dalam jangka waktu yang lama. Mereka mengumpulkan bahan makanan dalam lingkup wilayah tertentu dan berpindah – pindah.

Manusia purba hidup dalam skala kelompok kecil dengan mobilitas yang tinggi. Keterisolasian dalam hutan tropis di Indonesia serta ketiadaan kontak dengan dunia luar membuat manusia di Indonesia menutup diri dari adopsi budaya luar.

Ketika suatu tempat sudah tidak menjanjikan bahan makanan, maka mereka melakukan perpindahan ke wilayah lain mencari wilayah persinggahan baru yang memberikan lebih banyak bahan makanan.

Bagikan:

Leave a Comment