Jika Thailand mempunyai Floating Market (pasar apung) di Pattaya, Indonesia juga mempunyai pasar apung yang terletak di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pasar ini mulai ada sejak tahun 1500-an dan lebih dikenal dengan nama Pasar Terapung Muara Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito.
Rumah Adat Kalimantan Selatan
Seperti halnya dalam kegiatan jual beli, aktivitas masyarakat Kalimantan Selatan memang lebih banyak dilakukan di atas sungai. Berdasarkan hal ini, maka rumah yang mereka tinggali konstruksinya juga sering disesuaikan dengan aktivitasnya tersebut, contohnya seperti pada konstruksi rumah adat Baanjung yang berupa rumah pangung.
Rumah adat Baanjung adalah nama dari rumah adat Kalimantan Selatan, salah satu rumah adat yang cukup unik gaya arsitekturnya. Berikut ini penjelasan mengenai Rumah adat tersebut secara lengkap mulai dari konstruksi, gambar, dan filosofinya.
Sekilas Tentang Provinsi Kalimantan Selatan
Terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan, provinsi ini beribukota di Banjarmasin. Kalimantan Selatan terdiri dari 11 kabupaten dan 2 kota yaitu, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Kabupatennya yaitu Kabupaten Balangan, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Kotabaru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Kabupaten Tapin.
Rumah Adat Baanjung
Suku Banjar merupakan suku mayoritas di Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendiami rumah adat Banjar yang disebut dengan Rumah Baanjung. Dalam bahasa Banjar, ba-anjung berarti beranjung atau bersayap. Hal ini terlihat dari adanya sayap bangunan yang menjorok dari samping kiri dan kanan bangunan utama. Sayap ini merupakan bangunan tambahan di kanan kiri rumah.
Kayu ulin, kayu lanan, dan kayu damar putih merupakan material utama yang digunakan dalam konstruksi dan bangunan rumah adat Kalimantan Selatan ini. Bagian depan rumah menggunakan papan kayu ulin, sedangkan bagian samping dan belakang menggunakan papan kayu lanan dan kayu damar putih. [Baca Juga : Rumah Adat Kalimantan Barat]
Konstruksi Rumah
Rumah Baanjung memiliki badan yang berbentuk lurus memanjang ke depan dengan tiang sebagai pondasinya. Tiang merupakan pondasi utama yang sangat diperhatikan dalam pembangunan rumah Baanjung. Untuk pondasi tiang umumnya digunakan kayu kapur naga atau kayu galam, sedangkan untuk tiang penunjang digunakan material berupa kayu ulin.
Bubungan atap Rumah adat Kalimantan Selatan ini berbentuk segitiga dengan atap tinggi melancip (disebut dengan Bubungan Tinggi), memanjang ke depan (disebut dengan atap Sindang Langit) dan memanjang ke belakang (disebut atap Hambin Awan).
Rangka atap menggunakan kayu dan ditutupi dengan sirap atau rumbia. Lantainya tersusun dari papan kayu ulin yang disebut dengan lantai jarang atau lantai ranggang. Sedangkan dindingnya merupakan papan yang dipasang dengan posisi berdiri sehingga menempel pada tiang-tiang rangka rumah. [Baca Juga : Rumah Adat Kalimantan Timur]
Pembagian Ruangan
Rumah Baanjung terbagi atas beberapa ruangan, yaitu ruang terbuka, ruang setengah terbuka, dan ruang dalam.
Ruang terbuka disebut juga Palatar atau teras atau Pamedangan. Terletak di bagian depan rumah dengan luas sekitar 7 x 3 meter. Di teras ini diletakkan tempat air yang digunakan untuk membasuh kaki sebelum masuk ke rumah.
Ruang setengah terbuka disebut juga lapangan pademangan. Ruang ini difungsikan sebagai beranda atau teras rumah.
Ruang dalam terdiri atas beberapa bagian di antaranya pacira, panampik kacil, panampik tangah, dan beberapa bagian lain.
- Pacira. Terdiri dari pacira luar dan pacira dalam. Pacira luar terletak setelah pintu depan (disebut dengan Lawang Hadapan). Pacira dalam merupakan tempat untuk menyimpan alat-alat pertanian, alat penangkap ikan dan pertukangan.
- Panampik kacil. Dapat ditemukan setelah lawang hadapan yang merupakan ruang tamu dengan lantai yang lebih tinggi aripada palatar.
- Panampik tangah. Ruangan ini merupakan ruang tamu di bagian tengah rumah dengan lantai yang lebih tinggi daripada lantai panampik kacil.
- Panampik basar. Merupakan ruang tamu bagian dalam dengan lantai yang lebih tinggi daripada lantai panampik tangah.
- Padapuran atau padu. Terletak di bagian belakang rumah yang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan masak-memasak dan kegiatan tumah tangga.
- Palidangan atau Ambin dalam
- Panampik dalam atau panampik bawah
Nilai-Nilai Filosofi
Rumah adat Kalimantan Selatan memiliki beberapa nilai filosofi, di antaranya terkait dengan kepercayaan dan kehidupan masyarakat suku Banjar yang menjadi mayoritas di provinsi ini. Berikut pemaparan mengenai nilai-nilai filosofis rumah adat yang satu ini.
1. Dwitunggal semesta
Pada bagian atas rumah terdapat ukiran naga yang melambangkan alam bawah dan pada bagian atas rumah terdapat ukiran elang gading yang melambangkan alam atas. Suku Banjar mempercayai bahwa rumah merupakan tempat sakral dimana Yang Maha Esa juga ikut tinggal di dalamnya.
2. Payung dan pohon hayat
Jika dilihat sekilas, atap rumah adat Kalimantan Selatan berbentuk seperti payung. Hal ini melambangkan kekuasaan dan tingkat kebangsawanan. Selain berbentuk segitiga, atap rumah Baanjung ini juga membumbung tinggi seperti pohon hayat. Pohon hayat dipercaya sebagai cerminan dari berbagai aspek yang menyatukan dunia. [Baca Juga : Pakaian Adat Kalimantan Timur]
3. Tubuh manusia
Suku Banjar mengibaratkan rumah seperti badan manusia. Bagian atap seperti kepala, badan rumah seperti badan, tiang-tiang penyangga seperti kaki dan anjung seperti tangan kanan dan kiri. Setiap bagian rumah dibuat simetris yang mewakili kehidupan yang seimbang, baik kehidupan sehari-hari maupun kehidupan dalam pemerintahan.
4. Ruangan yang bersusun
Memasuki rumah adat Baanjung seperti menaiki tangga. Setiap memasuki satu ruangan maka akan menaiki satu anak tangga, karena letak ruangan yang semakin dalam semakin tinggi kemudian rendah ketika memasuki bagian belakang rumah. Hal ini melambangkan tata krama Suku Banjar yang kental yang sangat menghormati si pemilik rumah.
Nah, demikianlah pemaparan mengenai Rumah Baanjung, rumah adat Kalimantan Selatan yang saran dengan nilai-nilai filosofi. Semoga kita semakin mengenal rumah adat masyarakat suku Banjar ini dan mulai melestarikannya. Salam
Leave a Comment