Perkembangan budaya Sumatera Selatan telah melewati banyak fase. Kejayaan kerajaan Sriwijaya di masa silam misalnya, sedikit banyak telah besar lengan berkuasa terhadap budaya masyarakatnya. Pengaruh ini sanggup kita lihat pada bermacam-macam peninggalan sejarah kebendaan ibarat rumah adat, pakaian adat, hingga perkakas senjata tradisional yang dipakai untuk melindungi diri dan memudahkan aktivitas pertanian.

Senjata Tradisional Sumatera Selatan

Masyarakat asli Sumatera Selatan dianggap sebagai golongan para pemberani. Dalam menjaga harkat dan martabat diri, mereka tak segan melaksanakan perkelahian. Tak heran bila dalam budayanya kita sanggup menemukan beberapa senjata tradisional sebagai alat untuk menjaga diri. Senjata-senjata tradisional Sumatera Selatan sendiri sebenarnya ada banyak ragamnya, hanya saja yang dianggap mempunyai keunikan khas kawasan jumlahnya tidak banyak.

 Kejayaan kerajaan Sriwijaya di masa silam contohnya 14 Senjata Tradisional Sumatera Selatan, Gambar, dan Keunikannya

Senjata Tradisional Tombak Trisula

Senjata tradisional Sumatera Selatan yang pertama dan yang kerap menjadi ikon budaya provinsi ini yaitu tombak trisula. Tombak ini berbentuk sebuah tombak kayu dengan 3 mata tajam di bab ujungnya. Panjang tombak setinggi orang dewasa, yakni sekitar 180 cm dan dahulunya dipakai prajurit kerajaan Sriwijaya sebagai senjata utama.

Penelusuran arkeologi yang dilakukan para mahir sejarah mengambarkan bahwa masyarakat Sumatera Selatan mulai mengenal senjata ini sehabis imbas budaya Hindu Siwa masuk ke Indonesia. Kerajaan Sriwijaya yang dahulu menguasai jalur perdagangan Asia Tenggara memungkinkan terjadinya akulturasi budaya antara masyarakat orisinil dengan para pedagang Hindu yang mengajarkan agamanya.

Dalam mitologis Hindu, tombak trisula memang dikenal sebagai salah satu senjata yang selalu dibawa yang kuasa Siwa. Dalam kepercayaannya, tombak ini melambangkan keberanian dan kebijaksanaan. Dalam budaya masyarakat sekitar Sumatera Selatan, trisula juga sering disebut serampang.

Senjata Tradisional Keris

Keris bukan hanya dikenal masyarakat Pulau Jawa. Beberapa kawasan sub etnis Melayu lainnya juga mengenal senjata jenis tikam ini dalam budayanya, termasuk masyarakat kawasan Sumatera Selatan.

Kendati mempunyai bentuk yang sama, namun keris Sumatera Selatan mempunyai ciri khasnya sendiri. Jumlah luk atau lekukannya selalu berjumlah ganjil antara 7 hingga 13 luk dengan sudut yang lebar. Itulah mengapa keris khas Sumatera Selatan cenderung lebih panjang dan lancip.

Di masa silam, keris dipakai para pembesar, bangsawan, dan punggawa kerajaan Sriwijaya sebagai sarana donasi diri. Namun, di masa sekarang ia lebih dipakai sebagai aksesoris pakaian budbahasa Sumatera Selatan bagi para pengantin pria.

 Kejayaan kerajaan Sriwijaya di masa silam contohnya 14 Senjata Tradisional Sumatera Selatan, Gambar, dan Keunikannya

Senjata Tradisional Skin

Skin yaitu senjata tradisional Sumatera Selatan yang diperkirakan berasal dari akulturasi budaya lokal dengan budaya pedagang Tionghoa dan Asia Timur di masa silam. Senjata ini tampak ibarat Kerambit khas Sumatera Barat, namun ukurannya lebih kecil dan mempunyai 2 bilah tajam.

Skin yaitu pisau tajam melengkung yang terbuat dari baja berkualitas. Pegangannya terbuat dari kayu yang dibaut atau direkatkan pada bilah yang tidak tajam. Sementara di ujung pegangan terdapat lubang yang dipakai untuk memudahkan penggunaan senjata ini dengan jari.

Skin termasuk senjata yang dipakai dalam jarak dekat. Biasanya seseorang memakai senjata ini hanya dalam keadaan terdesak. Berikut yaitu kenampakan dari senjata khas Palembang ini.

 Kejayaan kerajaan Sriwijaya di masa silam contohnya 14 Senjata Tradisional Sumatera Selatan, Gambar, dan Keunikannya

Senjata Tradisional Khudok

Bergeser ke arah hulu, tepatnya dalam budaya masyarakat Pagar Alam, kita akan menemukan varian senjata tradisional Sumatera Selatan lainnya yang hingga sekarang masih eksis. Senjata tersebut berjulukan khudok.

Khudok yaitu sebilah pisau kecil yang bentuknya sama ibarat badik Lampung. Bilahnya ditempa dari materi logam berkualitas, sementara gagang dan sarungnya dibentuk dari kayu jati. Khudok kerap dibawa para pria, terutama laki-laki muda kemanapun pergi untuk menjaga diri. Kebiasaan membawa khudok bagi para bujang hingga sekarang masih tetap ada khususnya di budaya masyarakat Pagar Alam hulu.

 Kejayaan kerajaan Sriwijaya di masa silam contohnya 14 Senjata Tradisional Sumatera Selatan, Gambar, dan Keunikannya

Bagikan:

Leave a Comment