Perlawanan Senopati terhadap Kerajaan Pajang dimulai saat para pejabat istana dan menteri dihadang saat tiba di Mataram. Para pejabat istana ini sebenarnya ditugasi Raja Pajang untuk menarik pajak dan upeti ke daerah – daerah.

Tetapi konon sebagaimana diceritakan di buku “Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati Hingga Amangkurat II” tulisan Peri Mardiyono, utusan Pajang itu dihadang oleh Senopati.

Saat itu konon para menteri pajak dari daerah Kedua dan Bagelen, hendak menuju Pajang untuk mengantarkan upeti. Untuk menuju Pajang, para menteri itu harus melewati Mataram.
Di situlah siasat dilakukan oleh Senopati, para menteri itu dihentikan dan diajak ke rumahnya.

Baca: Raden Trunojoyo, Bangsawan Madura yang Menggempur Habis Mataram dan Belanda

Di rumahnya para menteri itu dijamu dengan istimewa, mereka diajak berpesta pora, dengan makan makanan enak, dan minuman keras (miras). Para wanita dan selir cantik juga disuruh untuk menghibur para menteri itu.

Untuk meluluhkan hati para menteri, Senopati menganggap mereka saudara Mataram. Sambutan yang mewah ini membuat para menteri merasa berhutang budi kepada Senopati. Perasaan inilah yang membuat para menteri berjanji akan membalas kebaikan Senopati, mereka pun akan setia terhadap Mataram.

Bahkan jika kelak Mataram mendapat serangan dari musuh, mereka dengan seluruh jiwa dan raga, akan siap sedia membantu Mataram.

Mendengar janji setia para menteri dari wilayah Kedu dan Bagelen itu, Senopati langsung bangga. Upayanya untuk menggerogoti kekuasaan Pajang mulai berhasil. Janji itu seolah menjawab doanya kepada Allah SWT, untuk menggeser kekuasan Pajang telah terjawab.

Para menteri itu telah terperdaya oleh politik cerdik, Senopati mengatakan bahwa memberikan upeti kepada Mataram tidak jauh beda dengan memberikan ke Pajang. Sebab itu jika di Pajang ada raja, di Mataram pun begitu pula ada raja. Janji setia dan ketaatan para menteri itu disambut dengan gegap gempita oleh anak Senopati.

Baca: Cinta Terlarang Amangkurat I dengan Ratu Malang dan Dikurungnya 60 Dayang

Bahkan Senopati juga menjanjikan gelar Demang, Rangga, Ngabehi, Tumenggung dan sebagainya kepada para menteri atas otorias yang Sultan Pajang. Ia pun menyebut bisa meredam amarah Sultan Hadiwijaya lantaran ia diberikan kewenangan.

Tetapi perkataan Senopati kepada para menteri itu tidak sepenuhnya benar. Sebab selama sejarahnya Sultan Pajang itu tidak pernah memberikan wewenang itu kepadanya. Ketika menghadap ke Pajang pasca ayahnya meninggal dunia, Senopati hanya diberi gelar oleh Sultan Hadiwijaya, Senopati Ing Alogo Sayyidin Panatagama.

Gelar itu diberikan seiring pengangkatannya sebagai pemimpin Mataram. Tetapi Sultan Hadiwijaya tidak memberikan wewenang kepada Senopati untuk memberikan beragam gelar tersebut.

Bagikan:

Leave a Comment