.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }
Lensa Budaya ~ Tari Indang atau yang biasa disebut dengan tari dindin badindin ini merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari kebudayaan masyarakat Minang, Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.
Tarian ini sebenarnya merupakan sebuah permainan alat musik yang dimainkan secara bersama-sama. Nama indang pada tarian ini sendiri berasal dari nama alat musik tepuk yang dipakai dan dimainkan pada tarian ini. Indang atau juga disebut dengan Ripai merupakan sebuah instrument yang dimainkan dengan cara ditepuk. Bentuknya menyerupai rebana namun berukuran lebih kecil.
Tari indang sendiri, saat ini sering mewakili Indonesia di dalam acara pagelaran kebudayaan internasional. Gerakan dinamis serta rancak yang muncul dari para penarinya membuat tari indang ini banyak diminati oleh masyarakat mancanegara. Nah, seperti apakah tari indang dari Sumatera Barat ini? berikut ini penjelasannya.
Sejarah Tari Indang
Menurut beberapa versi sejarahnya, tari indang ini sebenarnya merupakan buah percampuran antara kebudayaan Melayu dengan kebudayaan Islam di masa penyebaran agama Islam di abad ke-13. Tarian ini diperkenalkan oleh Syekh Burhanudin, yaitu seorang ulama Pariaman sebagai salah satu media dakwah.
Tema dan Makna Filosofi Tari Indang
Sebagai media dakwah, tari Indang ini mengandung beberapa elemen pendukung yang bernafaskan kebudayaan Islam. Tarian ini selalu disuguhkan bersama dengan iringan shalawat Nabi atau syair-syair yang mengajarkan tentang nilai-nilai keislaman. Tidak heran jika kemudian dimasa silam tari Indang ini justru lebih kerap ditampilkan di surau-surau. Adapun sampai saat ini, beberapa nagari di ranah Minang masih sering menyuguhkan tarian ini di dalam upacara Tabuik, yaitu upacara peringatan wafatnya cucu Rosululloh setiap pada tanggal 10 Muharram.
Gerakan Tari Indang
Sekilas, semua gerakan dari tari indang ini akan tampak seperti gerakan tari tradisional khas aceh, yaitu Tari Saman. Namun, jika diperhatikan lebih seksama lagi tari Indang ini justru cenderung lebih dinamis. Gerakan para penarinya lebih santai tetapi tetap rancak, terlebih jika dikolaborasikan dengan musik pengiringnya yang bernuansa Melayu.
Gerakan tari Indang Dindin Badindin ini umumnya diawali dengan pertemuan 2 kelompok para penari yang kemudian menyusun diri secara berbanjar dari kiri ke kanan. Mereka kemudian duduk bersila dan memperlihatkan gerakan-gerakan simetris yang tentunya sangat membutuhkan latihan yang cukup dan kerja keras.
Iringan Tari Indang
Tari Indang Dindin Badindin biasanya akan diiringi oleh 2 ragam bunyi, yakni bunyi yang berasal dari tetabuhan alat musik tradisional khas Melayu seperti gambus dan rebana, serta bunyi yang berasal dari syair-syair yang di nyayikan oleh seorang tukang dzikir. Tukang dzikir sendiri merupakan sebutan untuk seorang yang memandu tari melalui syair dan lagu yang di nyanyikannya.
Dalam perkembangannya, alat musik yang mengiringi tari Indang kini semakin beraneka ragam. Beberapa alat musik modern seperti piano, akordeon, dan beberapa alat musik tradisional lainnya juga sering ditemukan. Selain itu, syair lagu yang sering dinyanyikan juga saat ini juga hanya 1 jenis saja, yakni lagu Dindin Badindin karya dari Tiar Ramon.
Setting Panggung Tari Indang
Tari Indang hanya boleh ditampilkan oleh para penari pria saja. Hal tersebut sesuai dengan ajaran agama islam yang tidak memperkenankan para wanita mempertontonkan dirinya di khalayak umum. Tetapi aturan tersebut semakin ditinggalkan. Buktinya dari beberapa pementasan tari indang saat ini selalu ditampilkan oleh penari perempuan.
Jumlah penarinya sendiri beragam, namun yang sering ditemukan pada tarian ini ditampilkan adalah dengan penari berjumlah ganjil, seperti 7, 9, 11, atau 13 orang dengan satu atau dua orang akan bertindak sebagai tukang dzikir. Para penari tari Indang di dalam kebudayaan minang disebut dengan istilah “anak Indang”.
Tata Rias dan Tata Busana Tari Indang
Untuk tata rias dan tata busana, tari indang ini tidak mempunyai banyak aturan. Yang jelas, khusus bagi para penarinya wajib memakai pakaian adat Melayu sebagai simbol dan juga identitas asal tarian tersebut. Sedangkan bagi tukang dzikir bebas memakai pakaian apapun asalkan sopan.
Properti Tari Indang
Di awal masa kemunculannya, tari indang ini wajib dilengkapi dengan indang, yaitu rebana kecil sebagai propertinya. Tetapi,saat ini properti tersebut kerap ditinggalkan dan digantikan fungsinya oleh lantai panggung yang bisa menghasilkan suara pada saat ditepuk.
Leave a Comment