.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }

Lensa Budaya ~ Suku Jawa merupakan suku mayoritas masyarakat Indonesia. Dengan populasinya yang lebih dari 100 juta jiwa, kebudayaan Jawa menjadi kebudayaan yang paling dikenal di Indonesia. Kebudayaan Jawa sendiri terdiri dari banyak elemen yang menyusunnya, salah satunya yaitu tarian tradisionalnya. Nah pada artikel ini akan membahas apa saja tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah. Berikut ini penjelasannya.

Tari Bondan

Tari Bondan merupakan tarian tradisional yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang menggambarkan tentang kasih sayang dari seorang ibu kepada anaknya. Ciri khas dari Tari Bondan ini adalah properti yang digunakan, yaitu payung kertas, kendil dan boneka bayi yang digendong penari.

Tari Bondan ini memiliki 3 jenis tarian yakni Tari Bondan Cindogo, Tari Bondan Mardisiwi dan juga Tari Bondan Pegunungan atau Tari Bondan Tani. Setiap jenis dari Tari Bondan memiliki ciri khasnya tersendiri, diantaranya ialah cerita dalam tarian, properti yang digunakan, dan kostum yang digunakan. Namun tetap tidak meninggalkan ciri aslinya yakni tarian yang menggambarkan tentang kasih sayang dari seorang ibu kepada anaknya.

Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya dipertunjukan ketika penobatan dan peringatan kenaikan tahta sang raja di Kasunanan Surakarta. Tarian ini merupakan tarian yang sakral serta suci bagi masyarakat dan juga Kasunanan Surakarta. Nama Tari Bedhaya Ketawang ini diambil dari kata bedhaya yang artinya penari wanita di istana, dan ketawang yang artinya langit, yakni yang identik sesuatu yang tinggi, kemuliaan dan juga keluhuran.

Tari Bedhaya Ketawang ini menggambarkan hubungan asmara antara Kangjeng Ratu Kidul dengan raja mataram. Semua itu diwujudkan dalam gerak tari. Kata-kata yang terkandung dalam tembang pengiring Tari Bedhaya Ketawang ini menggambarkan curahan hati dari Kangjeng Ratu Kidul kepada sang raja. Tarian ini biasanya dimainkan oleh 9 (sembilan) penari wanita. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, setiap pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang ini dipercaya akan hadirnya kangjeng ratu kidul dan ikut menari sebagai penari yang kesepuluh.

Tari Bambangan Cakil

Tarian ini diadobsi dari salah satu adegan didalam cerita pewayangan. Adegan yang diadobsi yaitu adegan perang kembang, yang menceritakan peperangan antara para kesatria dan raksasa. Tari Bambangan Cakil menceritakan sebuah peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Kedua sifat ini digambarkan dalam gerakan tari tokoh dalam tarian ini. Dimana kebaikan yang ada pada tokoh kesatria digambarkan dengan gerakan yang bersifat halus serta lemah lembut. Sementara kejahatan pada tokoh raksasa digambarkan dengan gerakan yang bersifat kasar serta beringas. Tokoh dalam pewayangan yang digunakan dalam tarian ini ialah Arjuna sebagai Kesatria, dan Cakil sebagai raksasa. Tari Bambangan Cakil ini mengandung nilai filosofi yang tinggi dimana kejahatan dan juga keangkaramurkaan akan selalu kalah dengan kebaikan.

Tari Gambyong

Tari gambyong merupakan hasil dari perpaduan antara tari rakyat dan tari keraton. Asal mula kata Gambyong yaitu dari sebuah nama seorang waranggana atau seorang wanita terpilih (wanita penghibur) yang piawai dan pandai dalam membawakan sebuah tarian. Nama lengkap dari waranggana tersebut adalah Mas Ajeng Gambyong.

Tari Kretek

Tari Kretek adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kudus Jawa Tengah. Tarian ini menceritakan kehidupan buruh dengan kreteknya, dimana Kota Kudus ini identik dengan industri kretek. Perekonomian masyarakat di kota tempat Sunan Kudus ini dimakamkan ditopang dengan industri kretek.

Dahulu, tari kretek ini diberi nama Tari Mbatil. Namun, nama “mbatil” ternyata tidak begitu populer di kalangan masyarakat. Tari mbatil ini pun diganti menjadi tari kretek seperti yang telah kita kenal saat ini. Tari kretek mulai populer di masyarakat sekitar tahun 1985. Tarian ini konon diciptakan oleh seorang seniman yang bernama Endang Tonny.

Tari Kukila

Tari Kukila merupakan tarian tradisional yang menggambarkan gerak-gerik burung. Baik irama ataupun ragam gerak yang dinamis dan juga lincah disusun untuk menggambarkan hinggap, kegesitannya dalam meluncur, dan kembali terbang. Tari Kukila adalah salah satu dari sekian banyak tarian tradisonal yang pada gerakannya diambil dari tingkah laku binatang.

Tari Lengger

Tari Lengger adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari dari Jawa tengah. Tarian ini dimainkan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan. Tari Lengger ini merupakan pengembangan dari tarian sebelumnya, yakni tari Tayub. Tari Lengger juga merupakan tarian klasik yang telah ada sejak zaman dahulu sampai sekarang. Nama Tari Lengger ini sendiri diambil dari kata “le” yang berarti anak laki-laki dan kata “ger” yang berarti geger atau ramai.

Tarian ini dahulunya dianggap negatif karena gerakan dan juga adegan dalam tarian ini dianggap dapat mengundang birahi. Selain itu juga tidak jarang para penonton yang ikut dalam menari sambil mabuk. Namun tarian ini telah berhasil diubah oleh Sunan Kalijaga dan kemudian menjadikan tarian ini sebagai sarana dakwah yang disisipkan ajaran untuk selalu mengingat kepada Tuhan. Sehingga banyak juga yang mengatakan bahwa nama lengger diambil dari kata eleng atau eling yang berarti ingat, sedangkan kata ngger artinya nak (sebutan untuk seorang anak). Sehingga dapat diartikan menjadi ingatlah nak yaitu seruan untuk menggingat pada kebaikan dan juga untuk mengingat kebesaran Tuhan.

Tari Topeng Ireng

Tari Topeng Ireng merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Borobudur, Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Kesenian tradisional ini pada awalnya berkembang di lereng Gunung Merapi Merbabu sejak zaman Belanda. Di zaman itu Pemerintah Belanda sempat melarang masyarakat untuk berlatih silat, sehingga munculah gerakan silat dalam bentuk sebuah tari-tarian yang juga diiringi oleh gamelan.

Nama Topeng Ireng pada tarian ini sendiri berasal dari kata “Toto Lempeng Irama Kenceng”, dimana kata Toto artinya adalah menata, Lempeng adalah lurus, Irama adalah nada, dan kenceng adalah keras. Tarian yang intinya memberikan nasihat tentang kebaikan hidup, pada perkembangan di zaman itu juga menjadi salah satu sarana untuk menyebarkan ajaran agama Islam.

Tari Rong Tek

Tarian ini merupakan tari kreasi yang berembrio dari tari lengger banyumasan. Secara etimologi, kata rong tek ini berasal dari dua kata, yaitu rong dan tek. Kata Rong sendiri diambil dari suku pertama dari kata ronggeng, yang didalam bahasa Banyumas dapat diartikan sebagai penari atau lengger. Sementara, kata tek diambil dari suara kentongan bambu yang menjadi properti utama didalam pementasan.

Tari Rancak Denok

Tarian ini terinspirasi dari seni topeng. Topeng dalam tataran kebudayaan nusantara mempunyai sejarah yang panjang, perkakas ini telah ada sejak zaman pra sejarah. Guratan wajah, warna, dan juga bentuk topeng menyimbolkan berbagai macam sifat manusia, yang angkuh, baik, penipu, Sampai yang bijaksana. Seni topeng ini berpengaruh besar pada lahirnya berbagai kesenian pertunjukkan kontemporer Indonesia.

Sebagai garapan kreasi, tari Rancak Denok ini mengambil ide dari berbagai kesenian tari yang menggunakan topeng sebagai propertinya, seperti kesenian tari Betawi dan Jawa Barat, serta tidak lupa menggunakan unsur Jawa dan juga Tiongkok sebagai ruh di dalam tarian.

Secara etimologi, nama Rancak Denok ini berasal dari dua kata, yakni Rancak dan Denok. Kata rancak mempunyai arti cepat dan dinamis, sedangkan kata denok sepadan maknanya dengan perempuan. Secara harfiah, nama Rancak Denok ini dapat diartikan sebagai tari kreasi Semarangan yang ditarikan oleh para perempuan secara cepat dan juga dinamis dengan menggunakan properti utama yaitu topeng.

Tari Sintren

Sintren merupakan sebuah tarian tradisional yang sangat terkenal dipesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, diantaranya adalah Majalengka, Jatibarang, Berebes, Indramayu, Cirebon, Pemalang, Kabupaten Kuningan, Banyumas, dan Pekalongan. Penari dalam kesenian sintren ini akan menari dengan dirasuki oleh arwah. Penari sintren ini akan pingsan apabila terkena uang yang di lemparkan ke arah tubuh si penari tersebut. Dengan iringan gamelan dan menggunakan pakaian yang indah, biasanya penari ini juga dilengkapi sebuah aksesoris modern, seperti meggunakan kacamata dan dasi, sehingga tarian sintren ini menjadi sangat eksotis dan juga misterius.

Tari Jlantur

Tari Jlantur merupakan tarian tradisional yang berasal dari Boyolali. Tarian ini biasanya akan dimainkan oleh 40 orang penari laki-laki. Menurut sejarahnya, ternyata Tari Jlantur adalah tarian yang menggambarkan perjuangan Pangeran Diponegoro didalam melawan para penjajah. Menurut beberapa sumber sejarah lainnya, para penari Tari Jlantur selalu memakai ikat kepala seperti gaya Tukri dengan membawa kuda tiruan.

Tari Prawiroguno

Tari Prawiroguno merupakan tarian tradisional yang mengandung kisah disaat para penjajah yang hampir mengalami kemunduran, dan situasi ketika itu dijadikan ide untuk membuat sebuah tarian yang saat ini disebut dengan Tari Prawiroguno. Tarian ini umumnya bertemakan peperangan, dan gerakan para penarinya pun seperti seorang prajurit yang sedang membawa pedang atau samurai dengan tameng berlenggok-lenggok seakan-akan sedang bersiap-siap untuk menyerang musuh.

Tari Wira Pertiwi

Tari Wira Pertiwi merupakan tarian kreasi baru yang menggambarkan sosok kepahlawanan dari seorang prajurit putri Jawa. Tarian ini merupakan ciptaan dari Bagong Kussudiardjo. Wujud dari rasa semangat penuh pengabdian bela Negara, ketegasan, ketangkasan dan ketangguhan seorang prajurit Srikandi Indonesia pada Tanah air dan Bangsa tergambar dalam gerakan tari yang dinamis.

Bagikan:

Leave a Comment