Lewat enam mahasiswa Indonesia yang diminta memilih koleksi artefak budaya menurut sudut pandang mereka, pameran ‘The Making of a Point of View’ sukses dibuka pada 23 Februari. Pameran berlangsung di Museum Etnografi Luigi Pigorini Roma, Italia mulai 24 Februari sampai 1 April mendatang.

foto: mutiarafile

Enam benda warisan budaya berasal dari 1500 artefak yang dimiliki pihak museum sejak tahun 1980-an dan berasal dari abad ke-19. Namun pihak museum menyatakan pameran ini adalah yang pertama kalinya dipamerkan ke hadapan publik.

Menurut duo kurator pameran Loretta Paderni dan Rosa Anna Di Lella, benda-benda ini merupakan pemberian raja-raja setempat sebagai kenang-kenangan bagi para bangsawan dan raja-raja di Italia yang menjelajah ke Nusantara. Selain artefak pilihan enam mahasiswa Indonesia yang kuliah di sana, tim kurator juga menampilkan tiga perspektif berbeda yang dihadirkan lewat tema ‘kilas balik’.

Perspektif pertama adalah ‘Bercerita’ yang mengangkat ragam artefak dari tanah Nias, terinspirasi buku terbitan tahun 1890 berjudul “Un Viaggio A Nias (Sebuah Perjalanan ke Nias)” karya Elio Modigliani mengenai perjalanannya ke Nias pada 1886.

Kedua ada ‘Asal Muasal Detail’ yang bekerjasama dengan seniman asal Malaysia H.H.Lim. Mereka mengeksplorasi benda-benda senjata dan perlengkapan perang di masa lalu.

Perspektif ketiga, bertemakan ‘Transformasi’ yang menampilkan instalasi foto-foto berisi koleksi artefak karya fotografer muda migran di Italia.

Duta Besar RI untuk Italia, Esti Andayani, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kerja keras berbulan-bulan dari kurator dan seluruh pihak yang terlibat.

Direktur Museum, Filippo Gambari dalam pembukaan pameran menyatakan eksibisi ini tidak hanya ditujukan untuk menampilkan artefak dari Indonesia dan Malaysia pada abad ke-19.

“Keempat sudut pandang dijadikan tema instalasi karya sebagai upaya menjembatani pendekatan sejarah dengan bahasa seni kontemporer serta narasi otobiografi guna menghasilkan materi dasar bagi proses berpikir dan kreasi manusia. Semua orang memiliki perspektifnya masing-masing dalam melihat sebuah obyek”, ujarnya.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment