Alat Musik Tradisional ~ Sulawesi Tenggara sarat dengan budaya-budaya unik yang berasal dari akulturasi beberapa entitas besar masyarakatnya menyerupai dari suku Buton, suku Muna, suku Tolaki, suku Morenene, dan suku Wawonii. Budaya-budaya tersebut tertuang dalam peninggalan sejarah baik yang bersifat kebendaan maupun dalam bentuk hukum adat.

Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara

Terkait dengan budaya dan kesenian bermusik, masyarakat Sulawesi Tenggara juga meninggalkan beberapa instrumen atau alat musik tradisional yang sampai kini masih sanggup kita temukan. Apa saja alat musik tradisional Sulawesi Tenggara tersebut? Berikut ini klarifikasi nama, fungsi, dan keterangan cara memainkannya.

budaya unik yang berasal dari akulturasi beberapa entitas besar masyarakatnya menyerupai dari 7 Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara, Gambar, dan Penjelasannya

1. Alat Musik Baasi

Yang pertama yaitu Baasi. Instrumen ini yaitu seperangkat potongan batang bambu berjumlah 10 buah yang dimainkan dengan cara dipukul-pukul memakai rotan. Kesepuluh buah bambu Baasi mempunyai panjang yang berbeda-beda dengan setiap lubang di penggalan pakalnya, sehingga dia akan menghasilkan suara nada yang berbeda-beda pula. Umumnya Baasi dimainkan untuk mengiringi tarian atau nyanyian lagu-lagu tempat itu.

2. Alat Musik Kanda Wuta

Kanda Wuta yaitu alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang sering dimainkan untuk mengiringi tarian Lulo Ganda, tarian yang biasa dipertunjukan dalam pesta panen. Instrumen yang terbuat dari kayu, rotan, tanah liat, dan pelepah sagu ini dimainkan dengan cara dipukul.

budaya unik yang berasal dari akulturasi beberapa entitas besar masyarakatnya menyerupai dari 7 Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara, Gambar, dan Penjelasannya 

3. Alat Musik Alat Musik Ladolado

Ladolado yaitu alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang berupa homogen rebab tradisional dengan 4 dawai sebagai penghasil bunyinya. Lado-lado dimainkan dengan cara digesek. Bagian tabung yang berbentuk melengkung yaitu resonator yang mengeraskan suara nada yang dihasilkan.

4. Alat Musik Dimba Nggowuna

Dimba Nggowanu dalam bahasa Indonesia berarti Gendang Bambu. Sesuai namanya, alat musik tradisional Sulawesi Tenggara ini memang dibentuk dari materi bambu dan rotan. Rongga dalam bambu utuh di instrumen ini berfungsi sebagai resonator untuk memperkuat frekuensi suara yang dihasilkan, sementara rotan panjang yang dibentangkan yaitu penghasil gelombang bunyinya. Dahulunya, dimba Nggowuna dipakai sebagai hiburan para perempuan ketika tengah sibuk menenun.

5. Alat Musik Seruling Bambu

Seruling bambu dalam alat musik tradisional Sulawesi Tenggara tidak berbeda dengan seruling bambu yang dikenal masyarakat Melayu pada umumnya. Instrumen yang dimainkan dengan cara ditiup ini mempunyai 7 buah lubang, 1 lubang berfungsi sebagai tempat meniup dan 6 lubang lainnya berfungsi sebagai pengatur nada yang dihasilkan. Sama menyerupai seruling Melayu lainnya, kita juga sanggup menemukan seruling bambu khas Sulawesi Tenggara ini dalam banyak sekali ukuran.

6. Alat Musik Gambus

Gambus yang bekerjsama berasal dari kebudayaan Timur Tengah juga dikenal masyarakat Sulawesi Tenggara dalam alat musik tradisional yang biasa dimainkannya. Gambus masuk ke Sulawesi Tenggara sesudah datangnya pedagang Gujarat melalui jalur perdagangan. Berbeda dengan Gambus yang ada di Sumatera, Gambus Sulawesi Tenggara ini hanya mempunyai 5-8 dawai yang akan menghasilkan nada-nada melodis dikala dipetik.

budaya unik yang berasal dari akulturasi beberapa entitas besar masyarakatnya menyerupai dari 7 Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara, Gambar, dan Penjelasannya

7. Alat Musik Ore ore Nggae

Dan yang terakhir yaitu alat musik Ore Ore Nggae. Ini yaitu sebuah alat musik yang terbuat dari bambu yang diruncingi di salah satu ujungnya. Ujung bambu yang tidak runcing tertutup oleh ruas dan dipakai sebagai resonator yang memperkuat frekuensi suara dikala instrumen ini dipukul. Dahulunya, alat musik ini biasa dipakai oleh para gadis untuk mengungkapkan cintanya pada para jejaka dan sebaliknya.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment