Lensa Budaya ~ Kuda Renggong merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang berasal dari Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kata “renggong” pada nama kesenian ini merupakan metatesis dari kata “ronggeng” yang artinya adalah orang yang berprofesi sebagai penari. 

Karena istilah tersebut dipakai oleh hewan, maka kata “ronggeng” pun diubah dan menjadi kata “renggong” untuk sekedar membedakan antara maksud dan tidak disamakan dengan manusia.

Sejarah Kesenian Kuda Renggong

Berdasarkan sejarahnya, kesenian Kuda Renggong ini mulai muncul sekitar pada tahun 1910. Awalnya, Pangeran Aria Suriaatmaja berusaha untuk memajukan bidang peternakan dengan mendatangkan bibit kuda unggul dari pulau Sumba dan Sumbawa. Selain dipakai untuk alat transportasi bagi bangsawan, kuda juga sering dipakai sebagai pacuan kuda dan alat hiburan.

Sekitar padatahun 1880-an ada seorang anak laki-laki yang tinggal di Dusun Cikurubuk, Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua Sumedang, yaitu bernama Sipan dan merupakan anak dari Bidin yang lahir pada tahun 1870. Sipan memiliki kebiasaan mengamati tingkah laku kuda-kuda miliknya yang bernama “Cengek” dan “Dengkek”. Dari pengamatannya tersebut, kemudian ia menyimpulkan jika ternyata kuda juga bisa dilatih untuk mengikuti gerakan-gerakan yang dihendaki manusia.

Lalu, ia pun mulai melatih kudanya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti gerak lari ke pinggir seperti ayam yang sedang birahi, lari melintang, melangkah cepat, gerak langkah pendek tetapi cepat, gerak kaki depan cepat, gerakan kaki seperti setengah berlari, dan serempak seperti gerakan yang biasa dilakukan di kuda pacu.

Cara yang dipakai dalam melatih kuda supaya mau melakukan gerakan-gerakan tersebut yaitu dengan cara memegang tali kendali kuda dan mencambuknya dari bagian belakang kuda supaya mengikuti irama musik yang di perdengarkan. Latihan dilakukan selama berbulan-bulan dan rutin sampai kuda tersebut menjadi terbiasa ketika mendengar musik pengiring ia akan menari dengan sendirinya.

Melihat keberhasilan Sipan di dalam melatih kudanya tersebut membuat Pangeran Aria Surya Atmadja menjadi tertarik dan kemudian memerintahkannya untuk melatih kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa.

Dari melatih kuda milik Pangeran Aria Surya Atmadja itulah kemudian pada akhirnya Sipan dikenal sebagai pencipta kesenian Kuda Renggong. Sesudah Sipan meninggal dunia di usianya yang menginjak 69 tahun (1939), keahliannya melatih kuda menari tersebut diturunkan kepada putranya, yaitu bernama Sukria.

Pertunjukan Kesenian Kuda Renggong

Dalam pertunjukannya, kesenian kuda renggong ini biasanya akan dilaksanakan setelah anak yang disunat selesai di upacarai dan diberi doa. Anak yang telah disunat tersebut kemudian dinaikan ke atas Kuda Renggong dan diarak meninggalkan rumahnya yang berkeliling mengelilingi desa.

Pengiring Kesenian Kuda Renggong

Alat musik pengiring kesenian kuda renggong di desa pada umumnya cukup sederhana, seperti Kendang, Bedug, Gong, Genjring Kemprang, Ketuk, Terompet, dan Kecrek. Selain itu biasanya juga ditambah dengan alat-alat suara seperti ampli sederhana, speaker toa, dan mic sederhana. Sedangkan musik pengiring kesenian kuda renggong di acara festival, biasanya ditambah dengan peralatan musik seperti Keyboard Organ, Drum, Tamtam, Simbal, Terompet, Bass, dan lain sebagainya. Untuk musik pengiringnya, kesenian ini biasanya akan diiringi oleh tembang-tembang seperti Kaleked, Mojang Geulis, Ole-ole Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, Rayak-rayak, Jisamsu, dan lain sebagainya.

Perkembangan Kesenian Kuda Renggong

Dalam perkembangannya, saat ini kesenian kuda renggong tidak hanya sebagai pengarak anak sunatan dan pengantin saja, namun juga banyak digunakan sebagai pengiring dalam penyambutan para pejabat, seperti pengarakan kedatangan bupati. Kesenian kuda renggong ini juga terus berkembang di Kabupaten Sumedang dan bahkan sudah menjadi atraksi tahunan yang selalu digelar di setiap tanggal 29 September.

Kesenian tradisional ini sudah menjadi objek pariwisata khas Sumedang dan tidak dapat ditemui di daerah lainnya. Kesenian yang ditarikan oleh hewan yang pandai bergoyang, menari, dan bersilat ini sudah menjadi bagian dari upacara penyambutan tamu kehormatan. Daya tarik dari atraksi seni kuda renggong ini terlihat pada keterampilan gerakan kepala, kaki, dan badan kuda yang mengikuti irama musik pengiringnya.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment